Mengambil Nilai Pendidikan dari Film

Film Front of the Class

Makna hari pendidikan tidak semata-mata untuk mencari kekurangan dari sistem pendidikan nasional, akan tetapi dapat lebih dimaknai dengan mengevaluasi diri sebagai mahasiswa di kampus pendidikan, apa yang dapat kita berikan untuk perbaikan kualitas pendidikan negera ini. Perbaikan tersebut mulai dari diri seorang guru yang dapat menjadi motivator bagi peserta didiknya, itulah tema yang diangkat pada rangkaian acara hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei. “Film merupakan salah satu saluran yang dapat memotivasi dan menginspirasi langkah kita sebagai mahasiswa calon pendidik bangsa”, ujar Zakiyudin, staf Departemen Sosial dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Departemen Sosial dan Politik (Sospol) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY menggelar diskusi film yang berjudul “Front of the Class”, yang dibersamai oleh Halili Hasan, Akademisi FIS UNY. Film yang bergenre pendidikan tersebut merupakan film yang meraih penghargaan Movieguide Award, pada tahun 2009. Film tersebut diangkat dari novel Front of The Class goresan Brad Cohen. Novel tersebut menjadi novel best seller pada tahun 2008 di negara bagian Atlanta, Amerika Serikat.

Film ini merupakan film yang sangat menggugah kita sebagai seorang calon pendidik bangsa. “Menjadi guru bukanlah mengejar materi, akan tetapi guru adalah soal panggilan hati, tanpa elemen tersebut, guru tidak akan menjadi motivator bagi peserta didik”, tegas Halili Hasan, S.Pd, akademisi dan praktisi hukum FIS UNY.

Film ini mengisahkan seorang anak kecil yang menderita Tourette Syndrom, sindrom ini adalah gangguan neurologis yang membuat penderitanya hilang kendali. Semasa kecilnya, Brad Cohen, diremehkan oleh teman-teman di sekolah dasarnya akibat sindrom yang dideritanya, hingga akhirnya semangat Cohen tergugah dari seorang guru, Myer, yang memberikan motivasi di depan forum kelasnya. Cohen adalah seorang siswa yang cerdas, dia bercita-cita menjadi seorang guru, cita-cita tersebut tidaklah mudah diraihnya, tangis, tawa, dan cercaan sering menimpanya. Suatu ketika setelah lulus dari college, Cohen melamar pekerjaan sebagai guru Elementary School di beberapa negara bagian, hingga akhirnya debut gurunya dimulai menjadi seorang guru kelas 2 di Mountain View Elementary School, Georgia. Sebagai seorang guru, Cohen tidak mengharapkan pekerjaan yang banyak memberikannya gaji. Baginya, mengajar dan membuat siswanya antusias dalam pembelajaran di kelasnya itu yang terpenting. Dalam kesehariannya, Cohen mengajar dengan gaya unik dengan media pembelajaran yang dibuatnya sendiri, sehingga siswanya mudah menerima segala pembelajarannya. Tak sedikit siswa dan guru di sekolah tersebut menyukai cara mengajarnya, sehingga di suatu saat Cohen dinobatkan sebagai Best Teacher di Negara Bagian Atlanta.

Dari film tersebut dapat ditarik pelajaran bahwasanya bukan soal fisik, tetapi pendidik yang dapat memotivasi dan menginspirasi berawal dari niat yang tulus. “Andaikan seluruh elemen pendidikan dapat mengambil pelajaran dari film tersebut, permasalahan pendidikan di negara ini akan dapat terminimalisir”, ujar Agus Purnomo, Kadep Sospol BEM FE UNY.

Kajian film ditutup dengan penggalangan dana bagi Fitra Dewa Ramadhan, anak usia 9 tahun, penderita gagal ginjal terminal. Semoga dengan adanya rangkaian acara hari pendidikan nasional, dapat lebih memaknai arti dari pendidikan dan guru sebagai motor kemajuan pendidikan. Selamat Hari Pendidikan bagi seluruh pendidikan bangsa! (AP)

Kajian Ekonomi Terpadu 2: Menyoal Kinerja Awal OJK

Kajian Ekonomi Terpadu 2

Departemen Sosial dan Politik (Sospol) Badan Eksekutif Mahasiswa dengan Pusat Kajian Ekonomi Terpadu (PUKET) kembali mengadakan kajian ekonomi terpadu yang bertajuk “Otoritas Jasa Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perekonomian Indonesia”. Kajian yang diselenggarakan pada hari Rabu (1/5) merupakan salah satu rangkaian dalam rangka memperingati Hari Pendidikan. “Sebagai mahasiswa ekonomi, sekarang sudah tidak jamannya turun aksi ke jalan, lebih baik diskusi di dalam ruangan dan mengkritisi kebijakan dengan kajian-kajian semacam ini”, ujar Siswanto, M.Pd, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi UNY.

Sebagai pembicara utama dalam kajian ekonomi terpadu, adalah Mohammad Juhfrin, Analis Senior Direktorat Komunikasi dan Hubungan Internasional Otoritas Jasa Keuangan RI. Sedangkan pembicara kedua dari seorang akademisi dan juga pakar ekonomi FE UNY, Supriyanto, M.M. 

“Otoritas Jasa Keuangan ini sendiri baru memasuki hari kedua, dan ini masih sibuk-sibuknya jalan-jalan untuk sosialisasi. Hari ini di Yogyakarta, dan keesokan harinya ke Gunungkidul,” ujar Moh. Juhfrin saat ditemui di sela-sela istirahat di Hotel Sahid Raya Jogja.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. OJK didirikan berlatar belakang adanya ketidakteraturan pada lalu lintas keuangan secara makro. Ketidakteraturan tersebut karena kurangnya batasan-batasan untuk mendirikan lembaga keuangan. “Mendirikan bank itu mudah. Tidak harus seorang milyuner, yang penting punya duit untuk setor modal saja, sudah bisa mendirikan bank”, papar analis senior OJK tersebut.

Saat ini OJK memasuki tahun yang kedua. Di tahun pendirian yang pertama, tepatnya pada akhir Desember 2012, OJK telah mengambil alih tugas dan wewenang Badan Pengawasan Pasar Modal-Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Dan untuk tahun ini, OJK akan mengambil tugas pengawasan keuangan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). “Bapepam-LK sudah di non aktifkan, pegawainya sudah dialihkan ke dalam OJK, sedangkan tahun ini OJK bukannya membubarkan BI, akan tetapi mengambil alih tugas pengawasan BI”, kata Moh. Jufrin.

“Memasuki tahun kedua, nampaknya OJK belum memberikan pengaruh yang berarti pada perekonomian Indonesia, hanya saja ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada kondisi perekonomian khususnya di bidang keuangan Indonesia”, papar Supriyanto, M.M. Akademisi ini menjelaskan, lembaga keuangan pada saat ini layaknya jamur yang tumbuh subur di musim hujan. Adanya kondisi demikian tersebut, dikhawatirkan akan memberikan kesempatan pada permasalahan seperti kasus BLBI yang diberikan pada Bank Century.

“Sudah banyak guyon yang menyatakan BI adalah sarang penyamun, kalau nanti pegawainya sebagian dari lembaga tersebut, diharapkan OJK juga tidak menjadi sarang penyamun pula”, sentil akademisi yang juga praktisi di bidang ekonomi tersebut. “Dalam memajukan perekonomian Indonesia khususnya di bidang keuangan, diharapkan OJK menjalankan fungsinya secara tegas, dan professional, “tandasnya.

Sebagaimana diketahui, OJK sendiri merupakan badan Independen yang mengawasi lembaga-lembaga keuangan di Indonesia. Badan bentukan parlemen ini nantinya akan membawahi dan mengambilalih fungsi dan wewenang keuangan Bapepam-LK dan BI. Pegawai dari kedua lembaga tersebut nantinya yang akan menjalankan roda penggerak OJK dalam fungsi pengawasannya. Dan sampai saat ini, OJK masih membuka kesempatan berkarir bagi anak bangsa yang tertarik berkarya di bidang keuangan. (ap)

Forum Studi Ekonomi #2: Refleksi Pendidikan di Indonesia

Di akhir April lalu, Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi (HMPE) Universitas Negeri Yogyakarta mengadakan Forum Studi Ekonomi ke-2 yang mengusung tema “Sudah Sukseskah Pendidikan di Indonesia?” Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum terealisasi dengan baik, tingkat partisipasi sekolah pun masih rendah. Harapannya forum ini bisa menyadarkan para mahasiswa, khususnya yang kelak berkecimpung dengan dunia pendidikan bahwa Indonesia membutuhkan mereka sebagai sang pencerah. Indonesia menunggu perubahan yang mahasiswa torehkan. Acara ini dihadiri Prof. Dr. Suyanto, Ph.D., dosen di FE UNY yang juga merupakan mantan Rektor UNY dan mantan Dirjen Manajemen Dikdasmen Kemendiknas RI, serta Riska Dwi Astuti mahasiswi Pendidikan Ekonomi UNY..

Perjuangan segenap panitia untuk dapat menghadirkan Prof. Suyanto, Ph.D. selaku Guru Besar FE terbayar dengan antusiasme peserta dalam acara tersebut. Bagaimana tidak, forum yang terselenggara di Ruang Auditorium FE UNY ini diikuti oleh 147 peserta dan 17 dosen Pendidikan Ekonomi. Tidak hanya untuk mahasiswa Pendidikan Ekonomi saja, forum ini terbuka juga untuk umum. Berdasarkan rekap daftar hadir peserta, forum ini diikuti juga oleh mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan di UNY, di antaranya Pendidikan Geografi, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Administrasi Perkantoran bahkan ada dua peserta yang berasal dari Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Semarang (UMS).

Selain dari perspektif ahli, tema “Sudah Sukseskah Pendidikan di Indonesia?” juga diulas dari perspektif mahasiswa yang diwakili Riska Dwi Astuti. Dalam sesinya, Riska memaparkan hasil-hasil survey dari UNESCO yang menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-69 dari 127 negara. Hasil tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh angka melek huruf rendah, angka partisipasi sekolah rendah dan angka putus sekolah yang tinggi.

Selain itu, pemerataan pendidikan pun belum terealisasi sesuai harapan. Pendidikan Indonesia masih terpusat di Jawa saja, selebihnya daerah-daerah di luar pulau Jawa masih tertinggal bahkan belum terjamah oleh pendidikan. Riska juga sangat menyayangkan perilaku-perilaku mahasiswa era modern ini yang seringkali kurang serius dalam mengikuti perkuliahan. Sebagai penyandang gelar agent of change seharusnya mahasiswa bisa memberikan kontribusi yang nyata terhadap permasalahan di Indonesia atau paling tidak peka terhadap permasalahan-permasalahan di Indonesia.

Di sesi kedua, Prof. Suyanto, Ph. D. pun mengiyakan apa yang dipaparkan oleh Riska Dwi Astuti selaku pembicara pertama.  Berdasarkan data yang diambil dari survei PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2009 menunjukkan bahwa dari 6 level hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6.

Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi dari hasil ini hanya satu, yaitu: yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan tuntutan zaman atau  penyesuaian kurikulum belum berjalan lancar. Jika demikian, sudah hebatkah pendidikan di Indonesia?

Selain itu, berdasarkan data dari TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa-siswi di Indonesia mempunyai tingkat curiosity atau keingintahuan yang masih rendah. Siswa tidak mengetahui apa tujuan yang diperoleh ketika mengambil mata pelajaran tertentu sehingga dalam proses belajar mengajar siswa menjadi kurang antusias dan hal ini sangat bertolak belakang dengan pendidikan di negara maju, siswa-siswi di negara maju memiliki tingkat curiosity yang tinggi sehingga siswa-siswinya menjadi sangat memahami pelajaran yang diberikan. Padahal, pendidikan merupakan cara yang efektif dalam membangun indeks pembangunan manusia.

Jika keadaannya masih seperti ini, hendak dibawa ke mana pendidikan di Indonesia?

Yudisium Periode 30 April 2013: Sebuah Catatan Rekor Tersendiri

Yudisium Fakultas Ekonomi UNY periode April Selasa (30/4) lalu menyimpan satu catatan tersendiri. Dengan jumlah peserta yang memenuhi persyaratan akademik dan administratif yudisium sebanyak 104 orang, sebanyak sekitar 41% atau 43 orang di antaranya memperoleh predikat "dengan pujian". “Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan tentu patut kita syukuri,” ungkap Wakil Dekan I FE UNY, Prof. Dr. Moerdiyanto, M.Pd., MM. dalam arahannya yang kemudian disambut aplaus meriah dari seluruh peserta yudisium. Sebanyak 64 orang dari S1 Kependidikan, 34 orang S1 Non Kependidikan, dan 6 orang D3 memenuhi ruang Auditorium pagi hari itu untuk menjalani upacara kelulusan mereka. Bersama para lulusan yang berbahagia hari itu, hadir pula Ketua Senat FE UNY, Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, Wakil Dekan II FE UNY, Moh. Djazari, M.Pd., serta para Kajur dan Kaprodi di lingkungan FE UNY.

Dalam arahannya, Moerdiyanto mengingatkan kepada para lulusan, “di balik ini masih ada tantangan yang lebih besar. Oleh karena itu, jangan berhenti berjuang.”

Jumlah peserta yudisium tertinggi berasal dari Program Studi Pendidikan Akuntansi dengan 46 peserta, sedangkan khusus Kelas Internasional dari Pendidikan Akuntansi sendiri berhasil meluluskan kembali 2 mahasiswanya yaitu Narendra Edi Putranto dan Tia Widyaningtyas Woro Putri.

Penghargaan peraih IPK tertinggi pada periode April ini diraih oleh Heni Purwanni, dari Jenjang S1 Program Studi Akuntansi, dengan nilai 3,79. Heni yang berulang tahun pada tanggal 2 Mei ini mampu menjadi yang terbaik di akhir studi S1 Akuntansinya dengan perjuangan yang penuh semangat.Heni Purwanni, Peraih IPK Tertinggi

Lulusan SMK N 1 Jogonalan, Klaten, ini ternyata berkendara motor setiap hari ke kampus langsung dari rumahnya di Jetis, Manisrenggo, Klaten. Hal ini tak lepas dari kemauan kerasnya dan dukungan keluarga terhadap dirinya untuk menyelesaikan studi dengan baik. Sebagai bukti, prestasi akademik yang menonjol sudah diukir lajang 22 tahun ini sejak masih duduk di bangku SD. Diungkapkannya, selalu tertulis peringkat 1 di setiap penerimaan buku rapor sejak SD hingga SMA, kecuali satu semester di awal studinya di jenjang SMA.

Dikaruniai kecerdasan demikian, tak lantas membuat orang tuanya merestui keinginan Heni melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Kendala biaya menjadi justifikasi larangan mereka. Tapi hal itu bukannya mengendurkan melainkan menjadi tantangan tersendiri bagi Heni untuk menjadi pembuktiannya terhadap orang tua. Melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul (PBU), Heni diam-diam mendaftar di UNY sampai akhirnya dirinya dinyatakan diterima, dan baru setelah itu orang tuanya merestui.

Heni memang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Bapaknya, Harto Wiyono, adalah seorang petani yang sesekali menjadi kuli bangunan, serta ibunya, Sriyati, merupakan seorang Ibu Rumah Tangga (IRT). Di keluarganya, anak bungsu dari 5 bersaudara ini adalah satu-satunya yang meneruskan sekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Untuk membantu pembiayaan kehidupannya selama kuliah, dirinya bahkan sempat menjadi pramuniaga di sebuah toko sepatu.

Semasa kuliah, Heni yang mengaku mengagumi sosok Bapaknya ini pernah menjabat kepengurusan HIMA AKSI (Himpunan Mahasiswa Akuntansi), KOPMA (Koperasi Mahasiswa), dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas ketika FE masih tergabung di FISE. Penyuka pelajaran Matematika ini juga sempat tergabung dalam tim yang berhasil menempati posisi enam besar Lomba Pajak di STAN Regional Yogyakarta pada tahun 2011 lalu.

Ditanya mengenai kiatnya dalam belajar selama ini, dia mengungkapkan rahasianya. “Sejak SD dulu, di saat anak-anak lain segera pergi bermain sepulang sekolah, aku selesaikan PR-ku dulu, baru menyusul bermain. Malamnya belajar singkat dan menata buku-buku di tas sekolah,” pungkasnya. (fadhli)

Kunjungan Mahasiswa Akuntansi FPEB UPI ke FE UNY

Untuk kedua kalinya pada tahun ini, Fakultas Ekonomi kembali menerima kunjungan dari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Senin (29/4) kemarin. Setelah bulan Maret yang lalu Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI berkunjung dengan delegasi Jurusan Pendidikan Ekonominya, maka pada kali kedua ini sekitar 97 rombongan mahasiswa dan dosen pendamping dari Program Studi Akuntansi universitas eks IKIP Bandung ini berbagi ilmu dengan Program Studi Akuntansi dari FE UNY. Rombongan dari UPI didampingi dosen Agus Widarsono, S.E., M.Si.,Ak. dan Denny Andriana, S.E., MBA., Ak., CMA. Sementara itu, Kaprodi Program Studi Akuntansi Dhyah Setyorini, M.Si., Ak. didampingi Sekjur dan Kajur Jurusan Pendidikan Akuntansi, Abdullah Taman, S.E. Ak., M.Si. dan Sukirno, Ph.D.

Dalam sambutannya mewakili UPI, Agus Widarsono menjelaskan bahwa kunjungan ini adalah agenda tahunan yang dibarengkan dengan kunjungan industri ke perusahaan tertentu. “Untuk tahun ini, kami melakukan kunjungan industri ke PT. Batik Keris di Solo dan kemudian mengadakan pengenalan kampus yang untuk tahun ini adalah di UNY,” terangnya.

Sementara itu, Dhyah Setyorini memberikan sambutan mewakili pihak Program Studi Akuntansi FE UNY. Dijelaskannya, FE adalah fakultas yang relatif baru, namun sudah cukup banyak menorehkan prestasi dari kalangan mahasiswanya.  Setelah sambutan dan pemutaran video profile FE UNY, diadakan penyerahan kenang-kenangan dari kedua pihak

Setelah sambutan dari jajaran dosen kedua belah pihak selesai, acara dilanjutkan dengan sharing antara kedua himpunan mahasiswa bersangkutan, yaitu IMAKSI (Ikatan Mahasiswa Akuntansi) dari UPI dan HIMA AKSI (Himpunan Mahasiswa Akuntansi) dari FE UNY. (fadhli)

Ikuti Stadium General MP3EI di FE UNY

MP3EI merupakan kepanjangan dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. MP3EI merupakan program yang disusun berdasarkan optimisme pemerintah dalam melihat posisi Indonesia di mata internasional. Tujuan pelaksanaan MP3EI adalah mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan delapan program utama yang meliputi sektor industri manufaktur, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi, dan pengembangan kawasan strategis nasional. Ada tiga pilar atau strategi yang dilakukan untuk meraih sasaran MP3EI. Pertama, pengembangan 22 sektor usaha di enam koridor ekonomi yang membentang dari Sumatera hingga Papua dan diharapkan menjadi pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Kedua, penguatan konektivitas nasional dengan visi ”Locally Integrated and Globally Connected”. Ketiga, pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta inovasi. Diharapkan keberadaan masterplan ini mendorong visi Indonesia menjadi 10 negara terbesar dunia di tahun 2025.

Berdasarkan latar belakang tersebut, DPM FE UNY mengadakan Studium Generale dengan keynote speech oleh Ir. Hatta Rajasa (Menko Perekonomian RI) dan tiga pembicara yaitu H. Totok Dariyanto, S.E, Prof. Mudrajat Kuncoro, Ph.D (pengamat ekonomi UGM), dan Drs. Sri Purnomo (Bupati Sleman).

Kegiatan ini mencoba melihat MP3EI dari sudut ekonomi kerakyatan, dan kegiatan ini mencoba mencari jawaban tentang bagaimanakah peran ekonomi kerakyatan dalam mendukung MP3EI? Dengan acara ini diharapkan mahasiswa atau masyarakat secara umum dapat mengetahui secara langsung tentang MP3EI dan ekonomi kerakyatan dalam MP3EI dari pakarnya yaitu Ir. Hatta Rajasa sebagai Menko Perekonomian RI.

Acara yang akan dilaksanakan pada 18 Mei 2013, pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB yang bertempat di Auditorium UNY ini, mengundang seluruh mahasiswa UNY maupun luar UNY, guru, dosen, serta masyarakat umum. Bagi yang berminat bisa langsung mendaftarkan diri di Sekretariat Gedung FE UNY, DPM FE UNY, UPT Perpustakaan Pusat UNY, atau menghubungi

Contact Person:

Nuri    :085743415172

Azizah            :089610192369

Untuk informasi lebih lanjut bisa diunduh di

Blog:http://stadiumgeneralmp3ei.blogspot.com/

Facebook: Stadium General

Twitter: @StadiumGeneral

Pemantapan II PKM 2012 di FE UNY

Setelah pada Februari kemarin diumumkan proposal-proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diterima dari Fakultas Ekonomi UNY, pada Jumat (26/4) kemarin dilangsungkan Pemantapan Tahap II PKM 2012 yang didanai 2013 di Auditorium. Acara ini dipadati sekitar 70 mahasiswa dan dosen pembimbing. Dengan moderator Penny Rahmawati, M.Si., dosen Jurusan Manajemen di FE UNY, pelatihan kali itu menghadirkan Hermanto, M.Pd., dosen Fakultas Ilmu Pendidikan UNY sekaligus salah satu Juri PIMNas, serta Aran Handoko, M.Sn., dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY yang juga dosen pembimbing poster PIMNas. Sementara itu, Siswanto, M.Pd., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan memberikan sambutannya dan sekaligus membuka acara mewakili Dekan FE.

Pada sesi pertama, Hermanto mengingatkan kepada para kelompok bahwa waktu terus berjalan semenjak pengumuman Februari lalu. Oleh karena itu, mereka harus segera menampakkan kemajuan yang konkret, terutama pada waktunya MONEV (Monitoring Evaluasi) digelar. “Yang ditonjolkan pada saat MONEV adalah bukti-bukti kemajuan karya mahasiswa, bukan pada kemampuan retorikanya,” paparnya.

Sementara itu, Aran Handoko banyak menyoroti aspek-aspek visual dan verbal poster yang biasanya dipertandingkan di PKM. “Belum tentu desain poster yang menarik bisa memenangi kategori poster kalau tidak bisa menyeimbangkan aspek visual dan verbalnya,” jelas dosen jebolan Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini. Diungkapkannya, beberapa ciri poster yang baik antara lain, menyatakan pesan secara efektif dan mudah, menarik perhatian, tipografi/keterbacaan yang baik, dan penggunaan warna yang sesuai konten. (fadhli)

Berlatih Analisa Bersama Guest Lecturer dari Perancis

Jumat (26/4) lalu, bertempat di ruang Laboratorium Akuntansi Fakultas Ekonomi UNY, sebanyak kurang lebih 30 mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Akuntansi dan P.S. Akuntansi mengikuti kuliah istimewa berupa Guest Lecture. Pada kesempatan kali itu, Guest Lecture dibimbing oleh Camille Egloff, seorang berkebangsaan Perancis yang saat ini menjadi volunteer dari Prestasi Junior Indonesia (PJI) yang terpusat di Jakarta. Camille, begitu dia disapa, adalah seorang sarjana di bidang Administrasi Bisnis (Bachelor of Business Administration) di Grand Valley State University, Amerika Serikat, dan sekarang menempuh pendidikan untuk gelar Master 2-nya di ESSCA (Ecole Supérieure des Sciences Commerciales d'Angers), yang merupakan salah satu dari dua puluh sekolah bisnis terbaik di Perancis.

Pada siang tersebut, Camille didampingi Alvi Harahap, Finance Manager dari PJI, serta Kaprodi Akuntansi Dhyah Setyorini, M.Si., Ak. dan dosen Denies Priantinah, M.Si., Ak. Camille memberikan materi seputar analisis keuangan kepada para mahasiswa dari kedua program studi tersebut yang pernah mengikuti mata kuliah Manajemen Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan. Melalui sedikit penjelasan, Camille mencoba merangsang daya analisa mahasiswa dengan memberikan mereka data laporan keuangan dan penjualan dari perusahaan Harley Davidson selama tahun 2008 dan 2009. Para mahasiswa dipasangkan satu sama lain untuk kemudian secara bersama menganalisa data-data tersebut dan berusaha mendapatkan berbagai informasi atau kesimpulan dari angka-angka yang tersaji.

Setelah beberapa menit diskusi, Camille kemudian meminta beberapa kelompok untuk melaporkan analisanya. Dari presentasi sejumlah kelompok, Camille tampak terkesan dan melontarkan pujian kepada mahasiswa yang secara percaya diri mengungkapkan pendapat mereka yang mampu menghubungkan angka-angka pada data tersebut dengan berbagai faktor-faktor serta fenomena Krisis Ekonomi di Amerika yang terjadi pada sekitar tahun 2008-2009. Camille yang masih berusia 23 tahun namun sudah memiliki banyak pengalaman magang di perusahaan-perusahaan internasional ini tampak semangat membimbing dan mendampingi seluruh kelompok. (fadhli)

Studium General Ekonomi Islam Al Fatih

Minggu, 21 April 2013 pukul 08.00 Badan Semi Otonom Center of Islamic Economics Studies (CIES) UKMF Al Fatih Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan Studium General Ekonomi Islam yang bekerjasama dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) Yogyakarta. Acara tersebut dilaksanakan di Ruang Auditorium Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Acara ini bertemakan “Peran Strategis Perbankan Syariah dalam Perekonomian Indonesia” yang menghadirkan Taufikur Rahman, S.E, MBA (Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM) dan Aris Gunawan (Marketing Manager Bank Syariah Mandiri).

Acara ini dihadiri sekitar 180 mahasiswa baik dari Fakultas Ekonomi UNY, mahasiswa umum UNY, maupun dari universitas-universitas lain di Yogyakarta. Di antara yang hadir adalah dari UIN Sunan Kalijaga, Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, STEI Hamfara, dan STEI Yogyakarta. Dalam kesempatan itu juga dihadiri Koordinator Regional Yogyakarta dan pengurus Forum Silaturahim dan Studi Ekonomi Islam Yogyakarta.

 Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan sambutan dari ketua panitia dan Director of Center of Islamic Economics Studies, Siti Maesyaroh. Dalam sambutannya, Maesyaroh yang juga akrab disapa May memaparkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan BSO CIES UKMF AL FATIH selama satu periode kepengurusan. Di antaranya adalah Seminar Nasional Ekonomi Islam, Islamic Banking Training, Kajian Ekonomi Islam, dan Mini Class Discussion (MCD). Dan sebagai pembuka acara diskusi umum Ekonomi Islam adalah dengan diselenggarakan acara tersebut. Acara dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan Mustofa, M.Sc. selaku Pembina UKMF AL FATIH.

Acara dilanjutkan dengan sesi penyampaian materi yang dimoderatori oleh Risang Purnama Nugraha (ketua UKMF Al Fatih 2011). Dalam sesi ini Taufikur Rahman menjelaskan mengenai ekonomi syariah dan perbankan syariah di Indonesia. Ekonomi dalam Islam adalah ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian & kesejahteraan dunia-akhirat). Perilaku manusia di sini berkaitan dengan landasan-landasan syari’at sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia. Dan dalam Ekonomi Islam, kedua hal tersebut berinteraksi dengan porsinya masing-masing hingga terbentuklah sebuah mekanisme ekonomi yang khas dengan dasar-dasar nilai Ilahiyah. Dan peranan utama Ekonomi Islam adalah “mewujudkan kehidupan rakyat yang sejahtera lahir dan batin”.

Materi kedua disampaikan dari pihak Bank Syariah Mandiri, Aris Gunawan, yang menyampaikan mengenai perkembangan Perbankan Syariah dan kesiapan Indonesia menghadapi MEA 2015.

Acara ini merupakan rangkaian acara kajian Ekonomi Islam rutin yang diadakan oleh Center of Islamic Economics Studies UKMF AL FATIH FE UNY yang ditujukan untuk umum, baik civitas UNY, maupun mahasiswa luar yang tertarik untuk mengikuti dan mempelajari Ekonomi Islam.(may)

Karyawan FE Meriahkan Sepeda Sehat di Kampus Wates

Sebanyak 1200 peserta memeriahkan acara Sepeda Sehat yang diadakan dalam rangka Dies Natalis UNY ke-49 di kampus Wates, Minggu (21/4) kemarin. Di antara para peserta, turut pula sebanyak kurang lebih 30 peserta dari jajaran Dekanat, dosen, dan karyawan Fakultas Ekonomi UNY. Acara sepeda sehat ini berhadiah utama dua buah sepeda motor, serta hadiah lainnya seperti sepeda, sapi, kambing, magic com, kipas angin, dan puluhan doorprize lainnya. Rangkaian acara sepeda sehat ini diramaikan oleh panggung hiburan dan bazaar yang dimanfaatkan para mahasiswa untuk mengasah jiwa wirausaha mereka. Dibuka oleh Bupati Kulonprogo, dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG., acara ini juga dihadiri oleh para mahasiswa kampus Wates, jajaran pimpinan tingkat universitas dan fakultas di kampus UNY, serta warga masyarakat sekitar Kulonprogo.

Dalam sambutannya mewakili Rektor, Wakil Rektor II Dr. Moch. Alip, M.A. menyampaikan apresiasinya kepada seluruh masyarakat Wates dan sekitarnya yang meramaikan acara ini. Sementara itu, Bupati Kulonprogo, dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG., sebelum melepas para peserta Sepeda Sehat mengucapkan selamat bersepeda kepada seluruh peserta, serta mendorong agar UNY segera meng-kulonprogo-kan fakultas-fakultas lainnya.

Selain Sepeda Sehat, acara tersebut juga diwarnai penanaman pohon di sekitar halaman gedung PLA Kampus Wates sebagai salah satu upaya penghijauan. Peserta sepeda sehat kali ini menempuh  jarak sekitar 10 km melewati rute yang telah disiapkan dengan menyusuri sejumlah ruas jalan di Kota Wates dan finish kembali di halaman gedung PLA UNY.

Yang beruntung mendapatkan sepeda motor adalah Fidelia Endah Lestari (warga Cumedang, Kedungsari, Pengasih, Kulonprogo) dan Rahmanu Frans (warga Maesan Kulon, Wahyuharjo, Lendah, Kulonprogo). Sementara itu, Wariso dan Heru Rohayadi yang merupakan karyawan FE mendapatkan hadiah undian dua buah doorprize menarik. (fadhli)

Pak Moer (keempat dari kiri) Pak Djazari Topi hijau
Pak Siswanto (topi abu-abu) Pak Dekan di tengah Perjalanan
Bu Dekan (jilbab hijau) Para Karyawan Berfoto Seusai Lomba
Pak Wariso Mas Heru

 

Pages