Siswa SMK Roudlotul Huda Kunjungi Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran FE UNY

Sebagai yang paling akhir bergabung di Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Pendidikan Administrasi Perkantoran menjadi salah satu jurusan yang paling banyak dikunjungi oleh sekolah. Hal ini tak lepas dari kegiatan perkuliahan dan sarana yang di antaranya berupa laboratorium yang mutunya terus ditingkatkan di jurusan ini. Pada Senin (25/05) lalu, SMK Roudlotul Huda Magetan, Jawa Timur mengunjungi FE UNY untuk mengetahui lebih lanjut berbagai hal seputar perkuliahan dan fasilitas di jurusan ini. Dengan membawa serta siswa dan guru dari bidang keahlian Administrasi Perkantoran sebanyak 30 orang, rombongan kemudian diterima oleh Sekretaris Jurusan Purwanto, MPd., MM dan beberapa dosen di jurusan tersebut.

Mar’atus Sholihah, S.Pd selaku ketua rombongan menerangkan bahwa para siswa ingin mengetahui secara langsung bagaimana suasana perkuliahan di FE UNY. “Kuliah dan sekolah tentu memiliki banyak perbedaan. Ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Dengan kunjungan ini, kami harap para siswa lebih termotivasi dalam belajar di sekolah. Selain itu, kami juga ingin mengetahui laboratorium yang ada di jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran di FE UNY,” tambahnya.

Purwanto menjelaskan bahwa Jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran memang menjadi jurusan yang paling akhir bergabung di FE UNY. “Oleh karena itu, ada beberapa perubahan yang kami rasakan terutama dalam hal sarana. Laboratoriumnya memang tak sebaik dahulu sebelum pindah, tapi tetap merupakan salah satu rujukan laboratorium administrasi perkantoran terbaik di Indonesia,” ujarnya.

“Laboratorium kami juga melayani pelatihan bagi calon maupun yang sudah menjadi laboran administrasi perkantoran di sekolah ataupun perkantoran. Selama ini sudah beberapa sekolah maupun pemerintahan yang mengirimkan delegasinya ke sini untuk dilatih,” tambahnya.

Para siswa dan guru juga diajak mengunjungi laboratorium-laboratorium yang dimiliki jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran FE UNY, seperti Laboratorium Simulasi Perkantoran dan Laboratorium Teknologi Perkantoran. Para siswa tampak antusias melihat suasana laboratorium dan memeragakan beberapa peralatan perkantoran yang tersedia. (fadhli)

Studium Generale Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY

Dalam rangka menyambut Dies Natalis ke-4 Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FE UNY mengadakan Studium Generale dengan tema “Memandirikan Perekonomian Indonesia Berdasarkan Demokrasi Ekonomi Pancasila”, Sabtu (23/5) kemarin. Hadir sebagai narasumber adalah Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014 Prof. Dr. Boediono, M.Ec., dan Guru Besar FEB UGM Prof. Mudrajad Kuncoro, PhD. Dalam studium generale ini, hadir lebih dari 300 peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, dan kalangan umum dari berbagai perguruan tinggi dan sekolah di DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Diadakan di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, acara ini dihadiri dan dibuka oleh Wakil Rektor I Wardan Suyanto, M.A., Ed.D., serta dibersamai oleh jajaran Dekanat FE dan dosen di lingkungan fakultas. Bertindak selaku moderator adalah Dekan FE Dr. Sugiharsono, MSi pada sesi pertama dan mahasiswa FE UNY Ikmal Nur Muflih pada sesi kedua.

Ketua DPM FE UNY, Abi Sofyan Risdiyantara mengatakan dalam sambutannya, acara ini diselenggarakan untuk membahas lebih jauh permasalahan ekonomi di Indonesia. “Dengan berdasarkan pada pasal 33 UUD 1945, sudahkah perekonomian kita mandiri? Ini yang semoga bisa sedikit terjawab melalui forum ini,” terangnya.

Sementara itu, Wardan Suyanto menyatakan bahwa mahasiswa harus bisa memanfaatkan studium generale ini sebagai sarana meraih ilmu yang bermanfaat. “Dengan narasumber yang berpengalaman di lapangan seperti Prof. Dr. Boediono, mahasiswa bisa mendapatkan banyak pelajaran berharga,” harapnya.

Boediono menjelaskan, ilmu ekonomi adalah ilmu yang tidak bisa berdiri sendiri. Dia adalah ilmu yang berkaitan dengan ilmu lain. “Para pendiri bangsa ini, sudah memikirkan bagaimana caranya membangun negeri dalam satu konstitusi. Tetapi tentu semangat untuk membangun itu tidak semuanya bisa terangkum dalam UUD. Dibutuhkan penjabaran-penjabaran yang lebih lanjut,” ungkapnya.

“Kemandirian ekonomi tidak berarti meminimalkan interaksi dengan dunia luar. Bukan menutup diri. Indonesia tidak bisa seperti Korea Utara yang dikucilkan. Rakyatnya tentu akan menderita. Perdagangan, investasi, komunikasi dengan dunia luar adalah keniscayaan dalam situasi globalisasi dunia saat ini,” tambahnya.

Boediono mendefinisikan kemandirian suatu bangsa secara khusus sebagai, “kemampuan suatu bangsa/negara untuk bisa tetap tegak dalam situasi apapun. Selain itu, negara itu juga memiliki kemampuan untuk mengatasi, melewati dengan selamat tantangan-tantangan yang dinamis.”

Berkaitan dengan tantangan, Boediono menegaskan, ada tiga kelompok tantangan yang menjadi penghambat atau pendukung ekonomi suatu bangsa. “Pertama, kelompok politik dan keamanan. Ukraina, Timur Tengah, dan kondisi di Laut Cina Selatan terkini adalah tantangan yang patut diwaspadai. Kedua, kelompok ekonomi dan keuangan. Di dunia secara umum terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Tiongkok, Eropa, dan Jepang tampak melambat. Sementara Amerika Serikat tetap stabil pertumbuhannya dan mantap sebagai negara ekonomi terbesar dunia saat ini.

Ketiga yaitu kelompok alam dan iklim. Kekeringan, ancaman El Nino, dan perubahan topografi di pantai, hutan, di Indonesia menjadi tantangan yang tak bisa diremehkan. Perubahan iklim terjadi secara perlahan di berbagai dunia. Daerah yang tak pernah turun hujan atau salju kini ternyata mendapat hujan dan salju turun,” urainya.

Selain itu, Boediono juga menyoroti kemandirian di bidang pangan sebagai satu keharusan bagi Indonesia. “Kecukupan beras bisa tercapai jika sisi produksi dalam negeri mengalami kenaikan. Pada 1970-an, Indonesia mulai menyiapkan program Swasembada beras. Mulai dari bibit unggul, pupuk, irigasi, kredit bagi petani, dan pengaturan harga disiapkan oleh pemerintah. Hasilnya, 1984 swasembada beras tercapai, bahkan sampai bisa mengekspor ke luar.”

Ada tiga hal yang patut menjadi perhatian dalam pembangunan fondasi ekonomi suatu negara agar menjadi mandiri secara jangka panjang. “Saya rumuskan ini menjadi 3I, yaitu bangunlah Insannya, lalu bangunlah institusinya, dan terakhir bangunlah infrastrukturnya. Untuk jangka pendeknya, tentu saja merespon tantangan-tantangan dari berbagai kelompok tadi yang muncul,” pungkasnya.

Sementara itu, Mudrajad mengingatkan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN yang tinggal sejengkal lagi diberlakukan patut dijadikan perhatian semua pihak. Dengan liberalisasi di sektor barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja, maka negara-negara di ASEAN bebas mengalirkannya sesuai kemampuan yang mereka miliki.

“Dari segi pariwisata saja misalnya, Indonesia hanya dikunjungi 9 juta pengunjung pada tahun lalu. Sementara Malaysia, Thailand, dan Singapura yang tidak seberapa luas bisa mendatangkan 25 juta, 22 juta, dan 14 juta. Point of interest di Indonesia harus lebih dipertegas, dan penyusunan paket wisata juga perlu lebih kreativitas lagi,” ujarnya.

“Nawa Cita yang menjadi target kinerja kabinet Jokowi-JK, memang tidak jelek karena ini diderivasikan dari cita-cita Bung Karno yang berupa Tri Sakti. Tetapi, apakah ini bisa dicapai dalam lima tahun kepemimpinannya?” tuturnya.  Pemerataan dana bantuan bagi desa yang pemerintah usung juga patut disorot.

“Setiap desa memiliki jumlah penduduk yang berbeda. Kota Yogyakarta memiliki kepadatan penduduk 12 ribu orang per kilometer persegi. Sementara Jakarta 14ribu per km2. Sedangkan kabupaten termuda di Indonesia, Kabupaten Malinau, hanya 1,7 orang per km2. Tentu jumlahnya tidak bisa disamaratakan begitu saja. Koperasi di Indonesia sebenarnya sudah berjalan baik. Bahkan, beberapa di antara koperasi di Indonesia memiliki aset hingga trilyunan, seperti Kospin Jasa yang mencapai 1,6 trilyun.,” ujarnya. (fadhli)

Dr Ali Mun’im: Tradisi Bukan Untuk Dihapus

Ali Munim

Menuju World Class University, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dituntut terus memperbaiki diri. Tetapi UNY juga patut cermat dalam menelaah kriteria-kriteria ‘internasional’ yang dimaksud; apakah sekadar internasional ataukah yang benar-benar berkontribusi terhadap peradaban umat. Umat Islam sebagai golongan terbesar di Indonesia, bahkan prosentasenya salah satu yang terbesar di seluruh dunia, ternyata belum mampu menunjukkan diri sebagai umat yang maju. Peradaban di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya Islam tidak menggembirakan, termasuk dalam hal ini adalah dalam bidang keilmuan. Oleh karena itu, sangat penting bagi umat Islam di Indonesia membangun sebuah peradaban dengan basis ilmu yang berderajat. Hal ini dipaparkan oleh al ustadz Dr. Ali Abdul Mun’im, M.A., dosen di UII Yogyakarta dalam Pengajian Rutin Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Sabtu (16/05) lalu.

Mun'im menambahkan, “Dalam jurnal Global Economy tahun 2010, Rehman dan Askari mengeluarkan hasil kajian mereka yang berjudul ‘How Islamic are Islamic Countries?’ dan menemukan fakta bahwa negara-negara Islam ternyata tidak lebih baik daripada negara-negara non-Islam dalam penerapan ajaran keislaman. Selandia Baru dan Luksemburg menjadi yang paling kental dengan nilai-nilai ajaran islam. Malaysia adalah yang tertinggi di antara negara-negara Islam pada peringkat 38, sementara Indonesia (140) dan Iran (163) ada di urutan bawah dari 208 negara.”

“Jika data ini dibandingkan dengan Human Development Index tahun 2014, ternyata juga tidak terlalu beda jauh. Norwegia adalah negara yang maju dari sisi pembangunan manusianya. Indonesia sendiri ada di peringkat 108, Mesir juga di 110,” ungkapnya.

“Dalam kehidupan sehari-hari, kita boleh saja merasa senang dan gemar bersenda gurau dengan teman dan keluarga. Tetapi dalam level makro, dunia sedang mengalami masa-masa sulit. Peperangan, wabah penyakit, pengungsian, pencurian data, dan berbagai fenomena buruk di dunia ini adalah pertanda yang harus kita waspadai. Masa depan akan jauh lebih sulit bagi anak cucu kita jika tidak kita bekali mereka,” tutur doktor kelahiran Mesir ini.

Sementara itu, untuk bisa menaikkan derajat manusia, ilmu haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu. “Tidak semua ilmu harus dikuasai. Salah satu syarat penting bahwa suatu ilmu bisa dikatakan meningkatkan derajat manusia adalah ilmu itu harus hakiki. Dia harus berdasarkan ‘alamah atau tanda, atau ayat. Dalam Bahasa Indonesia, kata ‘alamah diserap menjadi alamat, yang berarti tanda-tanda menuju rumah seseorang. Alquran sendiri adalah buku kumpulan tanda, atau ayat. Dengan demikian ilmu bukanlah yang berdasarkan hawa nafsu, zhon (prasangka), atau ikut-ikutan, baik itu ikut-ikutan nenek moyang, mayoritas masyarakat, atau penguasa. Ilmu dari nenek moyang, atau tradisi, bukan sesuatu yang harus dihapus, tetapi justru untuk dikaji, lalu dipilah mana yang baik dan buruk, lalu disempurnakan. Sebagaimana sabda Nabi saw, ‘Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan akhlaq’. Dengan kriteria inilah budaya keilmiahan bisa dibangun,” tambahnya lagi.

Dalam pengajian rutin ini, sebanyak lebih dari 50 dosen, karyawan, dan mahasiswa di lingkungan FE UNY turut memadati masjid At Taqwa, Minomartanani, Sleman. Dibuka oleh Dekan FE UNY Dr. Sugiharsono, M.Si., acara pengajian ini kemudian dilanjutkan sholat Dzuhur berjamaah dan ditutup dengan laporan singkat dari Pengurus Kegiatan Kerohanian Fakultas. (fadhli)

Mahasiswa FE UNY Berhasil Meraih Juara II STQ di Yogyakarta

res

Menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi tak lantas membuat seseorang lupa mengasah keterampilan dan pengetahuan di bidang keagamaan. Ahad (10/5), mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FE UNY) atas nama Sayyidatul Maghfiroh (Pendidikan Ekonomi 2013) berhasil meraih juara II Seleksi Tilawatil Quran cabang Hafalan Alquran 30 juz dan Tafsir Bahasa Arab (juz 5) mewakili kabupaten Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Yogyakarta. Lomba Seleksi Tilawatil Quran (STQ) ini merupakan event setiap tahun yang diikuti dari seluruh kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta kemudian juara I dari setiap lomba akan dimajukan ke tingkat Nasional, yang terdiri dari berbagai cabang lomba di antaranya Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) golongan 1 juz, 5 juz, 10 juz, 20 juz, 30 juz, dan 30 juz beserta tafsirnya.

Firoh, panggilan akrabnya, adalah juga anggota Kafilah Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Al-Fatih, Fakultas Ekonomi (FE) UNY saat meraih tiga juara pada ajang Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) Universitas Negeri Yogyakarta bulan lalu. Di ajang untuk seleksi MTQ Mahasiswa Nasional itu, Firoh juga menjadi juara II pada cabang Musabaqah Hifzhil Qur’an cabang 5 juz. (fadhli)

Arah Kebijakan Pendidikan Indonesia pada Era MEA

Suyanto
Semakin dekatnya era MEA tidak memberikan tawaran lain bagi Indonesia selain harus menghadapinya baik dalam kondisi siap atau tidak siap. Hal ini menuntut perhatian dari semua sektor terlebih sektor pendidikan yang menempati garda terdepan upaya pembangunan SDM Indonesia. Pemberlakuan MEA menjadi momentum yang baik untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada sektor pendidikan Indonesia agar mampu menghasilkan SDM yang memiliki daya saing tinggi. Demikian yang menjadi latar belakang dilaksanakannya Seminar Nasional yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi UNY bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Pendidik Ekonomi Indonesia (ASPROPENDO), Sabtu 9 Mei 2015. Hadir sebagai narasumber Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP, plt Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal dan Prof. Suyanto, Ph.D, guru besar Fakultas Ekonomi UNY.

 

Dalam paparannya, Taufik mengatakan bahwa ada empat peran strategis perguruan tinggi sebagai lembaga penyedia sumber daya manusia unggul. Pertama, sosialisasi kepada pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha tentang dampak berlakunya MEA, agar mereka meningkatkan daya saingnya. Kedua, meningkatkan kualitas dan relevansi perguruan tinggi. Ketiga, memperkuat kerjasama antar perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri, serta keempat memperkuat kapasitas penelitian tentang kerjasama regional, misalnya strategi peningkatan daya saing nasional, pemerintah, industri, dan SDM. Taufik juga menyampaikan arah kebijakan pendidikan di Indonesia pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN, “Negara-negara ASEAN menempatkan peningkatan kualitas SDM, khususnya pembangunan pendidikan, sebagai prioritas nasional dalam rencana pembangunan jangka menengahnya,” ujar Taufik.

Acara yang dibuka oleh Dr. Moch Alip, MA, selaku Wakil Rektor II Universitas Negeri Yogyakarta tersebut juga menghadirkan Prof. Suyanto, Ph.D, guru besar Fakultas Ekonomi UNY sebagai pembicara kedua. Dalam paparannya Suyanto menyampaikan bagaimana profesionalisme pendidik di era MEA. Mulai dari kondisi SDM Indonesia saat ini, permasalahan yang dihadapi dalam bidang pendidikan di Indonesia, hingga bagaimana respon perguruan tinggi menghadapi gelombang perubahan di abad 21.

Selain acara seminar, juga digelar diskusi pararel yang diikuti 75 tim peserta seminar. Masing-masing tim yang berasal dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia tersebut mempresentasikan makalah hasil penelitiannya. Pada hari sebelumnya telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional ASPROPENDO yang menghasilkan penandatanganan kerjasama antara 36 perguruan tinggi di Indonesia dengan ASPROPENDO yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi. (lina)

ISLAMICT FEST UKMF ALFATIH FE UNY 2015

Ust Burhan SOdiq

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat memungkinkan segala informasi untuk diakses secara cepat oleh siapapun di dunia ini. Namun dengan adanya perkembangan teknologi tersebut tidak hanya berdampak positif saja melainkan terdapat dampak negatif yang bisa membawa pengaruh terhadap kebudayaan masyarakat Indonesia terutama generasi muda. Jumat, (8/5) kemarin, UKMF KM AL FATIH FE UNY mengadakan agenda tahunan yaitu Islamict Fest 2015 yang bertemakan “Semangat Muda Berkarya Bersatu dalam Ukhuwah”. Berbagai lomba yang ada di Islamic Fest tahun ini di antaranya adalah Dai Muda, Artikel Islam, Posterisasi Islam, dan mini movie islami. Banyak perlombaan yang terlaksana dengan peserta di luar dugaan panitia. Contohnya, lomba Dai Muda diikuti oleh 28 orang peserta yang membludak dari target awal panitia yang hanya 15 orang.

Selain berbagai lomba, Islamic Fest 2015 memiliki tiga acara inti, yaitu Kajian Keputrian Islam oleh Dwi Estiningsih, M.Psi, Psi. (Psikolog), Diskusi Ekonomi Islam oleh Hendri Hariyanto (ICMO Mr. Teto Business Coach Smartpreneur), dan Tabligh Akbar oleh Ustadz Burhan Sodiq (penulis 49 buku seri remaja). (fadhli)

Seminar Nasional Pend. Adm. Perkantoran FE UNY: Sambut MEA, Indonesia Tidak Perlu Takut

SUASANA

Kamis, 30 April 2015, Pend.Administrasi Perkantoran menjadi tuan rumah Seminar Nasional Kerjasama antara Jurusan Pendidikan Adm FE UNY dengan Prodi Pend Ekonomi UHAMKA Jakarta dan UAD Yogyakarta dengan tema “Penyiapan Tenaga Terampil dalam Menghadapi Masyarakat Mkonomi ASEAN (MEA) 2015”. Acara dibuka dengan sambutan oleh Dekan FE UNY, Dr. Sugiharsono, M.Si. dan Ketua Panitia sekaligus Sekretaris Jurusan Pend. Adm Perkantoran, Purwanto, M.M., M.Pd., dilanjutkan dengan sambutan oleh Dra. Fitni Wilis, M.Pd, Selaku Wadek II UHAMKA., Dra. Salamatun Assadiyah, M.Si., selaku Dekan UAD. Dalam sambutannya, baik perwakilan dari UHAMKA maupun UAD menerangkan inti tujuan kedatangannya mengikuti Seminar Kerjasama yaitu menjalin kerjasama, orientasi religi, dan orientasi wirausaha.

Setelah penyerahan kenang-kenangan dari kedua pihak, acara dilanjutkan ke sesi inti yaitu penyampaian materi secara panel dua sesi. Sesi pertama yaitu 3 pemateri oleh Prof. Muhyadi (Asdir II Pascasarjana UNY), Drs. Hendro Setyono, S.E., M.S.c. (Kepala Bidang Kemahasiswaan UAD), Dr. Hj. Sri Astuti (Kaprodi Pend Ekonomi UHAMKA). Sesi kedua yaitu 3 pemateri oleh mahasiswa, Arizki Nurhamsyah (Mahasiswa ADP, Ketua BEM FE UNY 2014), Rohimah Khumullah (Mahasiswa P.ADP UHAMKA), dan secara tim oleh Rina Emawati (Manajemen UAD), Fitriani Hatta (Akuntansi UAD), dan Marzuki (Ekonomi Pembangunan UAD).

Dalam inti acara, Prof.Muhyadi menyatakan bahwa saat ini MEA sudah berlangsung, dalam pelaksanaannya ada beberapa kesepakatan yang harus dipenuhi. Di antaranya yakni mematuhi syarat tentang sertifikasi tenaga terampil. Dr.Hj.Sri Astuti menambahkan pendapat Prof.Muhyadi tersebut sejalan dengan blueprint MEA 2015 dalam forum Concord II di Bali 7 Oktober 2003. Drs. Hendro Setyono menerangkan dengan menampilkan video yang menggambarkan pedagang di India yang berjualan di sepanjang pinggir rel kereta api, para pedagang menyingkirkan dagangannya ketika kereta akan lewat dan mengembalikan dagangannya seketika setelah kereta sudah lewat. Beliau ingin menyampaikan bahwa dalam menghadapi MEA hendaknya kita mencontoh kegigihan para pedagang yang ada di dalam video tersebut.

Dr. Hj. Sri Astuti menjelaskan tentang pentingnya memberdayakan SDM tenaga kerja Indonesia melalui pengasahan hard skill dan softskill. Hard skill merupakan tindakan seperti berlari, menendang, berdebat, merebut bola, memasak,mengajar, dll. Sedangkan soft skill meliputi Interpersonal skill dan Intrapersonal skill. Interpersonal skill meliputi motivation, leadership, negotiation, communication, public speaking skill dan self marketing skill. Intrapersonal skill meliputi time management, stress management, change management, transforming character, creative thinking process, goal and setting purpose dan accelerated learning technology.

Sesi pemateri mahasiswa dari UHAMKA yaitu Rohimah Khumullah menerangkan kiat yang harus dilakukan UKM dalam menghadapi MEA, harus memiliki rencana bisnis dan jaminan hukum yang kuat. Sedangkan Rina Ernawati (Manajemen UAD), yang menitikberatkan kerjasama 4 aspek utama dalam menghadapi MEA yaitu di bidang SDM, SDA, Geografis, dan Sosial Budaya. Seperti ditambahkan Marzuki (Ekonomi Pembangunan UAD), Indonesia setidaknya harus memikirkan tentang pengembangan wisata syariah. Pemateri dari mahasiswa UNY, Arizki Nurhamsyah, memberikan semangat kepada mahasiswa untuk menghadapai MEA sebagai tantangan, bukan sebagai ancaman. Cara menghadapi tantangan MEA dengan mengasah soft skill, yaitu bisa dengan sarana mengikuti kegiatan organisasi di perguruan tinggi. (nadia)

SMK N 1 Pakis Aji Kunjungi FE UNY

Suasana

Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi (FE) UNY kembali menerima kunjungan pada Selasa (28/4), dari SMK N 1 Pakis Aji Jepara. Rombongan terdiri atas 38 orang murid, didampingi empat orang guru. Acara dibuka dengan sambutan oleh Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan, Joko Kumoro, M.Si dan Purwanto M.Pd., M.M. Dilanjutkan sambutan oleh Ketua Jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Pakis Aji Jepara, Yusuf Budi Yanuar. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan tujuan mengunjungi Pend. ADP di FE UNY yakni menjalin silaturahmi antara SMK N 1 Pakis Jepara dengan Pend. ADP FE UNY. Acara diisi dengan pengenalan Jurusan Pend. ADP secara umum oleh Purwanto M.Pd., M.M., yakni seputar fasilitas yang dimiliki oleh Pend. ADP, Laboratorium Mengetik dan Lab Komputer.

Lab Mengetik terdiri atas Lab Mengetik Manual dan Lab Mengetik Elektronik. "Lab mengetik difungsikan secara maksimal karena hingga saat ini skill mengetik amat dibutuhkan," ujar Purwanto. Sedangkan Lab komputer, difungsikan dalam 2 hal di mana programnya disesuaikan dengan keprodian, yaitu program kearsipan digital dan pengelolaan dokumen. Kegiatan kearsipan digital meliputi penyimpanan dalam softfile, pengidentifikasian, peng-index-an dengan coding dan disimpan ke dalam satu database. Hampir sama dengan pengelolaan arsip secara manual yang kurang lebih prosesnya adalah index, coding, agenda masuk di simpan ke dalam suatu database.

Sesi selanjutnya yaitu acara tanya jawab. Seorang murid dari SMK N 1 Pakis Aji menanyakan tentang keterkaitan antara software simaya dan simadi dengan kearsipan. “Software tersebut tidak ada keterkaitan dengan kearsipan, karena hanya dikembangkan sesuai kebutuhan dan masih terdapat kesulitan dalam proses penginstalan. Jadi, software simaya dan simadi hanya digunakan untuk pembelajaran,” jawab Arwan Nur Ramadhan, M.Pd., selaku coordinator Lab Kearsipan Digital. Pertanyaan penutup selanjutnya tentang jalur penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran selanjutnya. Proses penerimaan mahasiswa selama ini melalui 3 jalur yaitu SNMPTN, SBMPTN, dan Seleksi Mandiri.

Sesi tanya jawab ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan dan dilanjutkan dengan acara study tour mengunjungi lab Pend.Adm Perkantoran di FE UNY. (nadia)

Erma, Finalis Putri Muslimah Indonesia

Erma

Erma Diah Putri Nugrahanti, mahasiswa Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran FE UNY berhasil lolos sebagai finalis Putri Muslimah Indonesia yang diselenggarakan oleh salah satu televisi swasta. Ajang ini diperuntukkan bagi para muslimah untuk tampil menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam berbagai bidang. Para finalis yang terpilih akan mendapat gemblengan selama mengikuti karantina untuk lebih menggali potensi kreatifitas sebagai seorang muslimah dengan tetap memperhatikan akhlak, etika dan menjaga image seorang putri muslimah yang tidak hanya cantik dari luar tetapi juga dari dalam. Dalam wawancara yang dilakukan di Kantor Humas UNY, Senin, 4 Mei 2015, Erma, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa bulan ini dia akan ke Jakarta mengikuti karantina karena masuk dalam 25 besar Finalis Putri Muslimah Indonesia. “Sebenarnya tahun lalu saya sudah ikut audisinya, namun baru pada tahun ini keinginan saya terkabul,” ungkapnya seraya meminta doa agar bisa memenangkan ajang tersebut.

Gadis cantik kelahiran Sleman, 1 Februari 1996 tersebut mengatakan bahwa terjunnya dalam dunia model dimulai dari kesukaannya ber-swafoto. Dimulai sebagai model untuk katalog busana muslim, warga Gamping Tengah, Ambarketawang, Gamping, Sleman tersebut terjun dalam dunia model secara mandiri tidak melalui agency manapun. Barulah setelah memenangkan the best personality muslimah model 2015 yang diselenggarakan Farahdi Center Yogyakarta, dia dikontrak salah satu agency selama satu tahun. Ilmu modelling yang didapatkannya secara otodidak dari makalah yang didapatkannya selama mengikuti lomba.

Alumni SMKN 1 Yogyakarta tersebut memilih Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran sesuai jurusannya di SMK. Di prodi ini Erma aktif dalam kegiatan himpunan mahasiswa ADP. Capaian indek prestasinya cukup baik yaitu 3,30. Dengan terpilihnya Erma sebagai salah satu Finalis Putri Muslimah Indonesia, bertambah satu lagi jajaran prestasi mahasiswa UNY di kancah nasional. (dedy)

Mahasiswa UNY Bantu UMKM Korban Gempa 2006 melalui PKM-T

pbb

Berawal dari membantu dosen dalam pengabdian masyarakat di wilayah Bantul Yogyakarta, Siti Maesyaroh, dkk tergerak hatinya untuk membantu UMKM para korban gempa 2006. Adalah Paguyuban Bangkit Bersama, sebuah kelompok korban gempa yang berkumpul membentuk sebuah paguyuban. Awalnya kegiatan mereka hanya sekedar berkumpul, arisan, dan pengajian. Namun pada tahun 2008, atas inisiatif seorang warga bernama Syaif, mereka membentuk usaha untuk menyambung kehidupan mereka agar tidak tergantung pada orang lain. Usaha yang telah mereka rintis bernama Buldan Craft Paguyuban Bangkit Bersama yang terletak di Jl. Parangtritis KM 22, Bantul. Karena terkendala pemasaran, usaha mereka hingga saat ini masih sangat terbatas dan belum berkembang pesat. Mereka berproduksi dengan hanya mengandalkan pesanan rutin. Jika tidak ada pesanan, mereka tidak melakukan kegiatan produksi.

Hal itulah yang menginisisasi sekelompok mahasiswa UNY yang terdiri dari Siti Maesyaroh (Manajemen 2011), Urza Aurora Dwi Rumpoko (Manajemen 2012), Hardika Dwi Hermawan (Pendidikan Teknik Informatika 2011), dan Ujang Hartanto (P. Akuntasi 2012) untuk membantu pemasaran produk UMKM Paguyuban Bangkit Bersama (PBB).

Dengan memanfaatkan teknology Augmented Reality, mereka membuatkan brosur yang bisa dimanfaatkan UMKM PBB untuk promosi ketika pameran. Dalam brosur, informasi dikemas lebih interaktif dan dapat menampilkan berbagai produk secara spesifik yang akan muncul di aplikasi yang diinstal dalam android. Selain itu bagaimana profil usaha PBB dan cara pembuatan salah satu produk juga bisa dilihat oleh para pengunjung.

Ini merupakan salah satu bentuk pengabdian mahasiswa UNY dalam membantu UMKM di wilayah Yogyakarta. Melalui PKM-Teknologi, mereka semakin getol dan semangat untuk membantu promosi berbagai produk yang dimiliki PBB. “Selain untuk membantu usaha-usaha kecil yang ada, kegiatan ini juga sebagai bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat yang membutuhkan,” tutur Siti Maesyaroh saat dijumpai pada upacara Hardiknas UNY 2015. (May)

 

Pages