Yudisium FE UNY Periode Mei 2015

Yudisium adalah upacara resmi yang mengesahkan seorang mahasiswa menjadi sarjana atau diploma di bidang keahliannya. Dengan mengikuti yudisium, seorang mahasiswa sudah berhak menyandang gelar. Dengan gelar ini, kontribusi tentu harus lebih daripada ketika dia masih berstatus mahasiswa. Demikian sebagaimana disampaikan Dekan Fakultas Ekonomi (FE) UNY Dr. Sugiharsono, M.Si dalam upacara yudisium FE UNY periode Mei 2015, Senin (1/6) lalu di Ruang Auditorium FE UNY. Yudisium kali ini diikuti oleh 40 orang lulusan dan dihadiri segenap jajaran dekanat, ketua jurusan dan/atau ketua program studi, serta kepala bagian dan subbagian di lingkungan FE UNY.

Dalam yudisium kali ini, sebanyak 17 orang merupakan lulusan S1 Kependidikan, 18 orang S1 Non Kependidikan, dan 5 orang dari Program D3. “Dari jumlah tersebut, sebanyak 14 orang atau sebesar 35% meraih predikat kelulusan Dengan Pujian, dan peraih IPK tertinggi untuk periode ini adalah Nurul Hidayati dari program studi (prodi) Akuntansi D3,” jelas Wakil Dekan I Nurhadi, MM dalam laporannya.

Nurul, begitu dia acap disapa, bersama Irna Setiyanningrum yang juga dari Akuntansi D3, menjadi peraih IPK tertinggi pada yudisium kali ini dengan capaian IPK sebesar 3,78. Tanpa mengecilkan usaha Irna, catatan khusus pantas disematkan pada Nurul. Alumni SMK N 1 Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu ini hanya berasal dari pedagang sayur biasa.

Putri keempat dari 10 bersaudara pasangan Sutrisno dan Purwati ini memang berasal dari keluarga transmigran asal Kebumen. Lahir di Kebumen, Nurul kecil kemudian menghabiskan sebagian besar hidupnya di Simpang Nangka, Rejang Lebong, Bengkulu. Oleh karena itu, Nurul merasa sangat bersyukur bisa lulus dengan IPK yang tinggi. “Bagi saya, tidak ada yang tidak mungkin. Selama kita berusaha dan berdoa, pasrahkan saja kepada Yang Maha Kuasa, semua pasti bisa tercapai,” ucapnya.

Irna menambahkan, untuk bisa menyelesaikan studi, terutama skripsi, mahasiswa harus menjaga semangatnya karena memang di akhir-akhir masa studi semangat justru sering menurun akibat berbagai cobaan dan tantangan. “Jangan mudah menyerah saat bimbingan. Jangan sampai kemarahan dosen menyebabkan bimbingan kita terhambat,” ujarnya.

“Kerjakan tugas sendiri, selesaikan seawal mungkin. Jangan tunda menyelesaikan tugas sampai menjelang tenggat waktu pengumpulan, karena itu justru menjadikan kita semakin malas. Selain itu, cari referensi di mana saja, jangan tergantung kepada dosen,” pungkas Nurul. (fadhli)

FE UNY Canangkan Dies Natalis Ke-4

Dengan tema “Mewujudkan Fakultas Ekonomi yang Unggul dalam Menghasilkan Insan Cerdas dan Berkarakter Pancasila”, Fakultas Ekonomi (FE) UNY mencanangkan Dies Natalis ke-4 pada Jumat (29/5) lalu. Upacara pencanangan Dies ini diwujudkan dalam acara Senam Massal yang diikuti lebih dari 600 civitas akademika di lingkungan FE UNY. Selain itu, upacara tersebut juga dimeriahkan dengan Lomba Senam antar prodi bagi mahasiswa dan dosen serta karyawan, Gelar Produk Mahasiswa, Open House Organisasi Mahasiswa FE UNY, dan Pentas Seni Mahasiswa. Acara ini dibuka oleh Wakil Dekan I FE UNY Nurhadi, M.M., dengan melepaskan balon dan empat ekor merpati oleh Wakil Dekan II, III, dan Kepala Bagian Tata Usaha FE UNY. Nurhadi mengatakan, dengan semakin bertambahnya usia FE, maka tentu ada tuntutan lebih dari masyarakat terhadap peran FE secara nyata. “Dengan usia keempat ini, kualitas pelayanan akademik harus lebih meningkat, dan kualitas lulusan juga harus lebih berkontribusi bagi dunia usaha dan masyarakat,” tegas Nurhadi yang mewakili Dekan.

Senada dengan itu, Wakil Dekan III Siswanto, M.Pd. yang juga bertindak selaku ketua panitia Dies Natalis kali ini berujar bahwa FE harus beranjak dari sejarah untuk menyambut masa depan. “FE harus lebih keras mengejar masa depan yang diimpikan daripada memandang sejarah emas di masa lalu. Secemerlang apapun masa lalu, jauh lebih penting meniti masa depan,” ucapnya.

“Dalam Dies kali ini, ada beberapa acara yang akan diadakan oleh FE UNY. Untuk hari ini, selain lomba senam, ada gelar produk dari Student Company yang dimiliki mahasiswa FE. Selain itu, juga ada Bakti Sosial Berbasis UMKM, Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa, dan Upacara Dies pada 22 Juni 2015 dengan orasi ilmiah oleh Prof. Dr. Dawam Rahardjo. Di samping itu, Dies kali ini juga akan dimeriahkan lomba-lomba seperti lomba Futsal, lomba voli, lomba tenis meja, dan lomba memasak antara mahasiswa, dosen, dan karyawan”, tambah Siswanto.

Pada undian doorprize yang diadakan, empat pemenang yang dinyatakan sebagai peraih hadiah utama adalah Erna, mahasiswa Jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran 2012 yang mendapatkan satu buah TV LED 22”, serta Abu Ismail (Pend Akuntansi 2012), Santi (Pend. Ekonomi 2013), dan Wulan Oktavian (Pend. Administrasi Perkantoran 2013) yang masing-masing mendapatkan satu buah sepeda gunung. Pada lomba senam, peraih predikat Yel-yel Terbaik adalah dari Jurusan Manajemen, sedangkan juara I adalah Jurusan Pend. Administrasi Perkantoran.

Beberapa jam selepas lomba senam, balon berhadiah menemukan pemenangnya. Adalah Suwandi, petani berusia 60 tahun yang tinggal di Desa Tlogokotes, Kecamatan Bagelen, Purworejo, Jawa Tengah yang berhasil mendapatkan balon tersebut. Awal mulanya Suwandi sama sekali tak percaya balon itu berhadiah. Akan tetapi, setelah dibujuk oleh Dwi, salah seorang tetangganya, akhirnya Suwandi memanjat pohon jati tempat balon itu tersangkut. “Awalnya saya tidak yakin, tapi katanya balon seperti itu biasanya berhadiah, jadi saya panjat, dan ternyata benar (ada hadiahnya),” tuturnya.

Ditemui di kampus seusai menempuh perjalanan selama 1,5 jam dari rumahnya, Suwandi berencana untuk membagi uang tersebut bersama anak-anak sekitar rumah. “Ya, untuk dibagi-bagi dengan tetangga dan anak-anak yang sering main di sekitar rumah saja, Mas,” tutupnya. (fadhli)

Job Hunting FE UNY: IPK Hanya Antarkan Sampai Meja Wawancara

Saat seorang mahasiswa melewati gerbang kelulusan, dia akan beralih status sebagai penganggur terdidik. Oleh karena itu, dia harus menyiapkan diri sebaik-baiknya, agar tidak menganggur terlalu lama. Masa tunggu kerja yang pendek adalah harapan, tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga institusi pendidikan yang meluluskan. Oleh karena itu, sepatutnya bagi institusi pendidikan untuk menyiapkan berbagai rancangan program yang diniatkan untuk membekali para lulusannya dengan keterampilan-keterampilan prospektif. Demikian sebagaimana disampaikan oleh Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Siswanto, MPd dalam Pelatihan Pengembangan Diri dan Kiat Menembus Dunia Kerja periode Mei 2015, (28/05) lalu di kampus setempat. Pelatihan yang kerap disebut sebagai Job Hunting ini diikuti lebih dari 100 lulusan FE UNY yang diwisuda pada 3 Juni.

“Untuk menyiapkan lulusan dengan masa tunggu yang pendek, FE UNY sudah merancang berbagai program bahkan semenjak mahasiswa menjalani OSPEK di semester awal. Mulai dari pelatihan karakter, leadership, sampai program kewirausahaan, pada dasarnya itu adalah untuk dijadikan bekal bagi mahasiswa semua,” terangnya.

“Pertanyaannya adalah, apakah dengan dimanja banyaknya program tersebut, mahasiswa bisa menjadi lebih kuat dalam menghadapi dunia usaha yang sebenarnya? Karena terkadang, seseorang jika dimanja dengan kenikmatan, dia akan begitu kesusahan saat ditimpa musibah. Banyak orang yang lebih tahan banting dan tahan lapar justru saat dia tidak diberikan fasilitas,” tambahnya.

Sementara itu, Rosita Endang Kusmaryani dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Konseling sebagai narasumber pertama mengatakan, banyak orang meremehkan proses wawancara, dan lebih terfokus pada IPK. “Padahal, kebanyakan IPK hanya bisa mengantarkan calon pekerja ke meja pewawancara. Selebihnya, softskills-lah yang bekerja,” ujar Rosita.

“Kemampuan menjual diri, atau selling yourself menjadi penting saat wawancara. Hal ini bisa dimulai dari good dressing, menjaga eye contact dengan pewawancara, hingga belajar menggunakan kekuatan kata-kata dan melatih bahasa tubuh,” tambah Rosita.

Minta Harsana selaku narasumber kedua mengatakan, pola pikir mahasiswa setelah lulus harus segera berubah. Mental sebagai mahasiswa harus berkembang mengikuti perkembangan teknologi dan dunia usaha. “Dunia usaha jauh berbeda dengan perkuliahan. Bagi yang ingin berwirausaha, manfaatkan dengan baik program seperti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha), atau Student Company di FE UNY,” terang Ketua Pusat Pengembangan Karir (PPK) UNY ini.

“Jalur karir bagi mereka yang mau berusaha sebetulnya banyak. Yang pertama, jalur formal, yaitu dunia kerja formal baik sektor publik atau privat. Yang kedua, jalur non-formal dan kewirausahaan, misalnya menjadi wiraswasta. Ketiga, yaitu jalur profesi formal, seperti dokter dan pengacara. Terakhir, jalur profesi non-formal, yaitu seperti artis, penari, MC, atau pelawak,” tambahnya. (fadhli)

Kunjungan FKIP Universitas Muhammadiyah Bengkulu ke FE UNY

Fakultas Ekonomi (FE) UNY menerima kunjungan akademik dari mahasiswa dan dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), Rabu (27/05) lalu. Sebanyak lebih dari 50 delegasi tersebut diterima oleh Wakil Dekan III Siswanto, M.Pd., serta didampingi Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi FE UNY, Daru Wahyuni, M.Si dan beberapa dosen di prodi tersebut. Tujuan kunjungan tersebut adalah untuk lebih mengetahui kegiatan perkuliahan di FE UNY, terutama di Prodi Pendidikan Ekonomi. Selain itu, mahasiswa dari FKIP UMB juga ingin mengetahui kegiatan kemahasiswaan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) Prodi Pendidikan Ekonomi.

Siswanto mengharapkan agar kunjungan ini bukan menjadi yang pertama dan terakhir. “Kami harapkan ada keberlanjutan dari hubungan ini. Ambillah apa-apa yang baik dari kunjungan ini, dan tinggalkan apa yang buruk. Begitu pula kami akan mengambil apa yang bermanfaat bagi kami dari kunjungan ini,” terangnya.

Daru Wahyuni menjelaskan, Prodi Pendidikan Ekonomi tidak bernama sebagaimana saat ini. “Awalnya prodi ini bernama Prodi Ekonomi Perusahaan. Lalu berubah menjadi Pendidikan Koperasi sampai dengan tahun 1992. Kemudian sempat menjadi Bidang Keahlian Khusus (BKK) Pendidikan Ekonomi Koperasi di bawah Prodi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Dunia Usaha (PDU) sampai tahun 2000. Setelah berubah lagi menjadi Prodi Pendidikan Ekonomi Koperasi di bawah Jurusan PDU selama 6 tahun, nama prodi ini beralih menjadi Prodi Pendidikan Ekonomi di bawah Jurusan Pendidikan Ekonomi hingga sekarang,” urainya.

Sementara itu, Pandu Baniadi selaku Ketua Hima Pendidikan Ekonomi UNY mengatakan bahwa kegiatan kemahasiswaan terutama Hima di FE UNY sangat didukung oleh dosen dan birokrasi. Bahkan, anggaran pun tersedia baik dari universitas maupun fakultas. “Kami juga rutin menyelenggarakan forum diskusi antara dosen dan mahasiswa, sebagai sarana curhat baik dari mahasiswa ke dosen, ataupun sebaliknya, sehingga imbasnya kegiatan perkuliahan mengalami perbaikan.,” ujarnya. (fadhli)

Siswa SMK Roudlotul Huda Kunjungi Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran FE UNY

Sebagai yang paling akhir bergabung di Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Pendidikan Administrasi Perkantoran menjadi salah satu jurusan yang paling banyak dikunjungi oleh sekolah. Hal ini tak lepas dari kegiatan perkuliahan dan sarana yang di antaranya berupa laboratorium yang mutunya terus ditingkatkan di jurusan ini. Pada Senin (25/05) lalu, SMK Roudlotul Huda Magetan, Jawa Timur mengunjungi FE UNY untuk mengetahui lebih lanjut berbagai hal seputar perkuliahan dan fasilitas di jurusan ini. Dengan membawa serta siswa dan guru dari bidang keahlian Administrasi Perkantoran sebanyak 30 orang, rombongan kemudian diterima oleh Sekretaris Jurusan Purwanto, MPd., MM dan beberapa dosen di jurusan tersebut.

Mar’atus Sholihah, S.Pd selaku ketua rombongan menerangkan bahwa para siswa ingin mengetahui secara langsung bagaimana suasana perkuliahan di FE UNY. “Kuliah dan sekolah tentu memiliki banyak perbedaan. Ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Dengan kunjungan ini, kami harap para siswa lebih termotivasi dalam belajar di sekolah. Selain itu, kami juga ingin mengetahui laboratorium yang ada di jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran di FE UNY,” tambahnya.

Purwanto menjelaskan bahwa Jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran memang menjadi jurusan yang paling akhir bergabung di FE UNY. “Oleh karena itu, ada beberapa perubahan yang kami rasakan terutama dalam hal sarana. Laboratoriumnya memang tak sebaik dahulu sebelum pindah, tapi tetap merupakan salah satu rujukan laboratorium administrasi perkantoran terbaik di Indonesia,” ujarnya.

“Laboratorium kami juga melayani pelatihan bagi calon maupun yang sudah menjadi laboran administrasi perkantoran di sekolah ataupun perkantoran. Selama ini sudah beberapa sekolah maupun pemerintahan yang mengirimkan delegasinya ke sini untuk dilatih,” tambahnya.

Para siswa dan guru juga diajak mengunjungi laboratorium-laboratorium yang dimiliki jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran FE UNY, seperti Laboratorium Simulasi Perkantoran dan Laboratorium Teknologi Perkantoran. Para siswa tampak antusias melihat suasana laboratorium dan memeragakan beberapa peralatan perkantoran yang tersedia. (fadhli)

Studium Generale Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY

Dalam rangka menyambut Dies Natalis ke-4 Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FE UNY mengadakan Studium Generale dengan tema “Memandirikan Perekonomian Indonesia Berdasarkan Demokrasi Ekonomi Pancasila”, Sabtu (23/5) kemarin. Hadir sebagai narasumber adalah Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014 Prof. Dr. Boediono, M.Ec., dan Guru Besar FEB UGM Prof. Mudrajad Kuncoro, PhD. Dalam studium generale ini, hadir lebih dari 300 peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, dan kalangan umum dari berbagai perguruan tinggi dan sekolah di DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Diadakan di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, acara ini dihadiri dan dibuka oleh Wakil Rektor I Wardan Suyanto, M.A., Ed.D., serta dibersamai oleh jajaran Dekanat FE dan dosen di lingkungan fakultas. Bertindak selaku moderator adalah Dekan FE Dr. Sugiharsono, MSi pada sesi pertama dan mahasiswa FE UNY Ikmal Nur Muflih pada sesi kedua.

Ketua DPM FE UNY, Abi Sofyan Risdiyantara mengatakan dalam sambutannya, acara ini diselenggarakan untuk membahas lebih jauh permasalahan ekonomi di Indonesia. “Dengan berdasarkan pada pasal 33 UUD 1945, sudahkah perekonomian kita mandiri? Ini yang semoga bisa sedikit terjawab melalui forum ini,” terangnya.

Sementara itu, Wardan Suyanto menyatakan bahwa mahasiswa harus bisa memanfaatkan studium generale ini sebagai sarana meraih ilmu yang bermanfaat. “Dengan narasumber yang berpengalaman di lapangan seperti Prof. Dr. Boediono, mahasiswa bisa mendapatkan banyak pelajaran berharga,” harapnya.

Boediono menjelaskan, ilmu ekonomi adalah ilmu yang tidak bisa berdiri sendiri. Dia adalah ilmu yang berkaitan dengan ilmu lain. “Para pendiri bangsa ini, sudah memikirkan bagaimana caranya membangun negeri dalam satu konstitusi. Tetapi tentu semangat untuk membangun itu tidak semuanya bisa terangkum dalam UUD. Dibutuhkan penjabaran-penjabaran yang lebih lanjut,” ungkapnya.

“Kemandirian ekonomi tidak berarti meminimalkan interaksi dengan dunia luar. Bukan menutup diri. Indonesia tidak bisa seperti Korea Utara yang dikucilkan. Rakyatnya tentu akan menderita. Perdagangan, investasi, komunikasi dengan dunia luar adalah keniscayaan dalam situasi globalisasi dunia saat ini,” tambahnya.

Boediono mendefinisikan kemandirian suatu bangsa secara khusus sebagai, “kemampuan suatu bangsa/negara untuk bisa tetap tegak dalam situasi apapun. Selain itu, negara itu juga memiliki kemampuan untuk mengatasi, melewati dengan selamat tantangan-tantangan yang dinamis.”

Berkaitan dengan tantangan, Boediono menegaskan, ada tiga kelompok tantangan yang menjadi penghambat atau pendukung ekonomi suatu bangsa. “Pertama, kelompok politik dan keamanan. Ukraina, Timur Tengah, dan kondisi di Laut Cina Selatan terkini adalah tantangan yang patut diwaspadai. Kedua, kelompok ekonomi dan keuangan. Di dunia secara umum terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Tiongkok, Eropa, dan Jepang tampak melambat. Sementara Amerika Serikat tetap stabil pertumbuhannya dan mantap sebagai negara ekonomi terbesar dunia saat ini.

Ketiga yaitu kelompok alam dan iklim. Kekeringan, ancaman El Nino, dan perubahan topografi di pantai, hutan, di Indonesia menjadi tantangan yang tak bisa diremehkan. Perubahan iklim terjadi secara perlahan di berbagai dunia. Daerah yang tak pernah turun hujan atau salju kini ternyata mendapat hujan dan salju turun,” urainya.

Selain itu, Boediono juga menyoroti kemandirian di bidang pangan sebagai satu keharusan bagi Indonesia. “Kecukupan beras bisa tercapai jika sisi produksi dalam negeri mengalami kenaikan. Pada 1970-an, Indonesia mulai menyiapkan program Swasembada beras. Mulai dari bibit unggul, pupuk, irigasi, kredit bagi petani, dan pengaturan harga disiapkan oleh pemerintah. Hasilnya, 1984 swasembada beras tercapai, bahkan sampai bisa mengekspor ke luar.”

Ada tiga hal yang patut menjadi perhatian dalam pembangunan fondasi ekonomi suatu negara agar menjadi mandiri secara jangka panjang. “Saya rumuskan ini menjadi 3I, yaitu bangunlah Insannya, lalu bangunlah institusinya, dan terakhir bangunlah infrastrukturnya. Untuk jangka pendeknya, tentu saja merespon tantangan-tantangan dari berbagai kelompok tadi yang muncul,” pungkasnya.

Sementara itu, Mudrajad mengingatkan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN yang tinggal sejengkal lagi diberlakukan patut dijadikan perhatian semua pihak. Dengan liberalisasi di sektor barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja, maka negara-negara di ASEAN bebas mengalirkannya sesuai kemampuan yang mereka miliki.

“Dari segi pariwisata saja misalnya, Indonesia hanya dikunjungi 9 juta pengunjung pada tahun lalu. Sementara Malaysia, Thailand, dan Singapura yang tidak seberapa luas bisa mendatangkan 25 juta, 22 juta, dan 14 juta. Point of interest di Indonesia harus lebih dipertegas, dan penyusunan paket wisata juga perlu lebih kreativitas lagi,” ujarnya.

“Nawa Cita yang menjadi target kinerja kabinet Jokowi-JK, memang tidak jelek karena ini diderivasikan dari cita-cita Bung Karno yang berupa Tri Sakti. Tetapi, apakah ini bisa dicapai dalam lima tahun kepemimpinannya?” tuturnya.  Pemerataan dana bantuan bagi desa yang pemerintah usung juga patut disorot.

“Setiap desa memiliki jumlah penduduk yang berbeda. Kota Yogyakarta memiliki kepadatan penduduk 12 ribu orang per kilometer persegi. Sementara Jakarta 14ribu per km2. Sedangkan kabupaten termuda di Indonesia, Kabupaten Malinau, hanya 1,7 orang per km2. Tentu jumlahnya tidak bisa disamaratakan begitu saja. Koperasi di Indonesia sebenarnya sudah berjalan baik. Bahkan, beberapa di antara koperasi di Indonesia memiliki aset hingga trilyunan, seperti Kospin Jasa yang mencapai 1,6 trilyun.,” ujarnya. (fadhli)

Dr Ali Mun’im: Tradisi Bukan Untuk Dihapus

Ali Munim

Menuju World Class University, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dituntut terus memperbaiki diri. Tetapi UNY juga patut cermat dalam menelaah kriteria-kriteria ‘internasional’ yang dimaksud; apakah sekadar internasional ataukah yang benar-benar berkontribusi terhadap peradaban umat. Umat Islam sebagai golongan terbesar di Indonesia, bahkan prosentasenya salah satu yang terbesar di seluruh dunia, ternyata belum mampu menunjukkan diri sebagai umat yang maju. Peradaban di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya Islam tidak menggembirakan, termasuk dalam hal ini adalah dalam bidang keilmuan. Oleh karena itu, sangat penting bagi umat Islam di Indonesia membangun sebuah peradaban dengan basis ilmu yang berderajat. Hal ini dipaparkan oleh al ustadz Dr. Ali Abdul Mun’im, M.A., dosen di UII Yogyakarta dalam Pengajian Rutin Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Sabtu (16/05) lalu.

Mun'im menambahkan, “Dalam jurnal Global Economy tahun 2010, Rehman dan Askari mengeluarkan hasil kajian mereka yang berjudul ‘How Islamic are Islamic Countries?’ dan menemukan fakta bahwa negara-negara Islam ternyata tidak lebih baik daripada negara-negara non-Islam dalam penerapan ajaran keislaman. Selandia Baru dan Luksemburg menjadi yang paling kental dengan nilai-nilai ajaran islam. Malaysia adalah yang tertinggi di antara negara-negara Islam pada peringkat 38, sementara Indonesia (140) dan Iran (163) ada di urutan bawah dari 208 negara.”

“Jika data ini dibandingkan dengan Human Development Index tahun 2014, ternyata juga tidak terlalu beda jauh. Norwegia adalah negara yang maju dari sisi pembangunan manusianya. Indonesia sendiri ada di peringkat 108, Mesir juga di 110,” ungkapnya.

“Dalam kehidupan sehari-hari, kita boleh saja merasa senang dan gemar bersenda gurau dengan teman dan keluarga. Tetapi dalam level makro, dunia sedang mengalami masa-masa sulit. Peperangan, wabah penyakit, pengungsian, pencurian data, dan berbagai fenomena buruk di dunia ini adalah pertanda yang harus kita waspadai. Masa depan akan jauh lebih sulit bagi anak cucu kita jika tidak kita bekali mereka,” tutur doktor kelahiran Mesir ini.

Sementara itu, untuk bisa menaikkan derajat manusia, ilmu haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu. “Tidak semua ilmu harus dikuasai. Salah satu syarat penting bahwa suatu ilmu bisa dikatakan meningkatkan derajat manusia adalah ilmu itu harus hakiki. Dia harus berdasarkan ‘alamah atau tanda, atau ayat. Dalam Bahasa Indonesia, kata ‘alamah diserap menjadi alamat, yang berarti tanda-tanda menuju rumah seseorang. Alquran sendiri adalah buku kumpulan tanda, atau ayat. Dengan demikian ilmu bukanlah yang berdasarkan hawa nafsu, zhon (prasangka), atau ikut-ikutan, baik itu ikut-ikutan nenek moyang, mayoritas masyarakat, atau penguasa. Ilmu dari nenek moyang, atau tradisi, bukan sesuatu yang harus dihapus, tetapi justru untuk dikaji, lalu dipilah mana yang baik dan buruk, lalu disempurnakan. Sebagaimana sabda Nabi saw, ‘Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan akhlaq’. Dengan kriteria inilah budaya keilmiahan bisa dibangun,” tambahnya lagi.

Dalam pengajian rutin ini, sebanyak lebih dari 50 dosen, karyawan, dan mahasiswa di lingkungan FE UNY turut memadati masjid At Taqwa, Minomartanani, Sleman. Dibuka oleh Dekan FE UNY Dr. Sugiharsono, M.Si., acara pengajian ini kemudian dilanjutkan sholat Dzuhur berjamaah dan ditutup dengan laporan singkat dari Pengurus Kegiatan Kerohanian Fakultas. (fadhli)

Mahasiswa FE UNY Berhasil Meraih Juara II STQ di Yogyakarta

res

Menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi tak lantas membuat seseorang lupa mengasah keterampilan dan pengetahuan di bidang keagamaan. Ahad (10/5), mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FE UNY) atas nama Sayyidatul Maghfiroh (Pendidikan Ekonomi 2013) berhasil meraih juara II Seleksi Tilawatil Quran cabang Hafalan Alquran 30 juz dan Tafsir Bahasa Arab (juz 5) mewakili kabupaten Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Yogyakarta. Lomba Seleksi Tilawatil Quran (STQ) ini merupakan event setiap tahun yang diikuti dari seluruh kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta kemudian juara I dari setiap lomba akan dimajukan ke tingkat Nasional, yang terdiri dari berbagai cabang lomba di antaranya Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) golongan 1 juz, 5 juz, 10 juz, 20 juz, 30 juz, dan 30 juz beserta tafsirnya.

Firoh, panggilan akrabnya, adalah juga anggota Kafilah Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Al-Fatih, Fakultas Ekonomi (FE) UNY saat meraih tiga juara pada ajang Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) Universitas Negeri Yogyakarta bulan lalu. Di ajang untuk seleksi MTQ Mahasiswa Nasional itu, Firoh juga menjadi juara II pada cabang Musabaqah Hifzhil Qur’an cabang 5 juz. (fadhli)

Arah Kebijakan Pendidikan Indonesia pada Era MEA

Suyanto
Semakin dekatnya era MEA tidak memberikan tawaran lain bagi Indonesia selain harus menghadapinya baik dalam kondisi siap atau tidak siap. Hal ini menuntut perhatian dari semua sektor terlebih sektor pendidikan yang menempati garda terdepan upaya pembangunan SDM Indonesia. Pemberlakuan MEA menjadi momentum yang baik untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada sektor pendidikan Indonesia agar mampu menghasilkan SDM yang memiliki daya saing tinggi. Demikian yang menjadi latar belakang dilaksanakannya Seminar Nasional yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi UNY bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Pendidik Ekonomi Indonesia (ASPROPENDO), Sabtu 9 Mei 2015. Hadir sebagai narasumber Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP, plt Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal dan Prof. Suyanto, Ph.D, guru besar Fakultas Ekonomi UNY.

 

Dalam paparannya, Taufik mengatakan bahwa ada empat peran strategis perguruan tinggi sebagai lembaga penyedia sumber daya manusia unggul. Pertama, sosialisasi kepada pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha tentang dampak berlakunya MEA, agar mereka meningkatkan daya saingnya. Kedua, meningkatkan kualitas dan relevansi perguruan tinggi. Ketiga, memperkuat kerjasama antar perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri, serta keempat memperkuat kapasitas penelitian tentang kerjasama regional, misalnya strategi peningkatan daya saing nasional, pemerintah, industri, dan SDM. Taufik juga menyampaikan arah kebijakan pendidikan di Indonesia pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN, “Negara-negara ASEAN menempatkan peningkatan kualitas SDM, khususnya pembangunan pendidikan, sebagai prioritas nasional dalam rencana pembangunan jangka menengahnya,” ujar Taufik.

Acara yang dibuka oleh Dr. Moch Alip, MA, selaku Wakil Rektor II Universitas Negeri Yogyakarta tersebut juga menghadirkan Prof. Suyanto, Ph.D, guru besar Fakultas Ekonomi UNY sebagai pembicara kedua. Dalam paparannya Suyanto menyampaikan bagaimana profesionalisme pendidik di era MEA. Mulai dari kondisi SDM Indonesia saat ini, permasalahan yang dihadapi dalam bidang pendidikan di Indonesia, hingga bagaimana respon perguruan tinggi menghadapi gelombang perubahan di abad 21.

Selain acara seminar, juga digelar diskusi pararel yang diikuti 75 tim peserta seminar. Masing-masing tim yang berasal dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia tersebut mempresentasikan makalah hasil penelitiannya. Pada hari sebelumnya telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional ASPROPENDO yang menghasilkan penandatanganan kerjasama antara 36 perguruan tinggi di Indonesia dengan ASPROPENDO yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi. (lina)

ISLAMICT FEST UKMF ALFATIH FE UNY 2015

Ust Burhan SOdiq

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat memungkinkan segala informasi untuk diakses secara cepat oleh siapapun di dunia ini. Namun dengan adanya perkembangan teknologi tersebut tidak hanya berdampak positif saja melainkan terdapat dampak negatif yang bisa membawa pengaruh terhadap kebudayaan masyarakat Indonesia terutama generasi muda. Jumat, (8/5) kemarin, UKMF KM AL FATIH FE UNY mengadakan agenda tahunan yaitu Islamict Fest 2015 yang bertemakan “Semangat Muda Berkarya Bersatu dalam Ukhuwah”. Berbagai lomba yang ada di Islamic Fest tahun ini di antaranya adalah Dai Muda, Artikel Islam, Posterisasi Islam, dan mini movie islami. Banyak perlombaan yang terlaksana dengan peserta di luar dugaan panitia. Contohnya, lomba Dai Muda diikuti oleh 28 orang peserta yang membludak dari target awal panitia yang hanya 15 orang.

Selain berbagai lomba, Islamic Fest 2015 memiliki tiga acara inti, yaitu Kajian Keputrian Islam oleh Dwi Estiningsih, M.Psi, Psi. (Psikolog), Diskusi Ekonomi Islam oleh Hendri Hariyanto (ICMO Mr. Teto Business Coach Smartpreneur), dan Tabligh Akbar oleh Ustadz Burhan Sodiq (penulis 49 buku seri remaja). (fadhli)

Pages