University of Hull Menyapa UNY

Jum’at (9/10) lalu, UNY menerima  Prof. Andrew Abbot dari University of Hull di Ruang Senat Timur Rektorat UNY. Pertemuan ini difasilitasi oleh Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan (KUIK) UNY dan Noble Solution. “Kami sedang menjajaki peluang kerjasama internasional dengan UNY dan menginginkan untuk melakukan beberapa penelitian, pertukaran mahasiswa maupun program double degree,” kata Prof. Andrew Abbot mengawali pertemuan dengan Dekan Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Kepala KUIK UNY, dan Koordinator Unit Urusan Internasional dan Kemitraan (U2IK) FE UNY.

Paparan umum Dr. -Ing. Satoto E. Nayono, M.Eng., M.Sc., selaku Kepala KUIK mengenai UNY mendapatkan tanggapan langsung dari Prof. Andrew Abbot. Profesor di bidang ekonomi ini menyatakan bahwa University of Hull juga memiliki fakultas pendidikan yang sangat baik. Sebagai universitas tertua ke-14 di Inggris, universitas ini juga membuka courses di Hong Kong, Oman, Bahrain, dan Singapura. University of Hull juga berpengalaman menjalankan program doktoral yang dirancang khusus untuk staf akademik di Meksiko dan Tanzania. 

Koordinator U2IK FE UNY, Denies Priantinah, SE., M.Si. Ak., CA. menanyakan apakah dimungkinkan untuk membuka sandwich program antara UNY dengan University of Hull. “Kita bisa memulai joint supervision dan post graduate training yang terhubung dengan program Ph.D,” jawab Prof. Andrew Abbot. 

Dalam kesempatan ini, University of Hull juga menginformasikan bahwa mereka telah tergabung dengan jaringan Universitas Utrecht.  Prof. Andrew Abbot berpendapat bahwa kolaborasi antara Hull, Utrecht, dan UNY akan menjadi sesuatu yang baik. Secara praktis, MoU antara UNY dengan Hull sudah cukup untuk memanyungi kegiatan seperti pertukaran mahasiswa. Namun untuk program double degree, Prof. Andrew Abbot melihat bahwa perjanjian yang lebih khusus dan detail sangat dibutuhkan. (laksa)

Mahasiswa UNY Raih Kemenangan pada Kompetisi Debat Nasional

Mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) UNY yaitu Bayu Tangguh Pamungkas (Akuntansi 2014), Rizki Amalia (D3-Pemasaran 2013), dan Eko Siam Muwardi (Pendidikan Ekonomi 2014) kembali meraih prestasi di bidang kompetisi debat tingkat nasional. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada tanggal 3 Oktober 2015 ini diikuti oleh delapan tim yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Seleksi ajang bertajuk Economic & Cooperation Debate Competition (EnC) tersebut dilaksanakan sebanyak dua tahap, yaitu seleksi essay dan debat.

Seleksi esai diikuti oleh 39 tim dari berbagai univesitas di Indonesia dan kemudian dieliminasi hingga menjadi 8 tim. Berdasarkan poin kemenangan esai, tim UNY memperoleh peringkat pertama yang disusul oleh Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Pendidikan Ganesha Bali, Universitas Airlangga, Universitas Sriwijaya Palembang, Universitas Airlangga, dan Universitas Negeri Surabaya. Ke-delapan tim tersebut selanjutnya mengikuti lomba debat di ITS.

Kompetisi debat berlangsung sangat sengit, di mana semua tim mampu memaparkan argumen dan sanggahan yang sangat kritis. “Awalnya kami ke Surabaya dengan penuh rasa optimis, namun tidak mau berekspetasi terlalu jauh, sebab kali ini tingkat nasional,” ujar Rizki. Sebelumnya, tim Faculty of Economics Debate Community (FEDC) ini pernah meraih juara 1 lomba debat tingkat DIY yang diselenggarakan oleh BEM FE UMY dan akhirnya bisa memperoleh peringkat pertama tingkat nasional pada kesempatan kali ini.

Pada kompetisi debat EnC tim FE UNY meraih peringkat pertama, sementara tim UGM meraih peringkat kedua. Adapun perolehan skor ketika final yaitu UNY 227,5 dan UGM 227,4. “Alhamdulillah dengan skor tipis kami bisa menang, semoga FE UNY bersama dengan Komunitas Debat BEM FE mampu mencetak prestasi lebih banyak lagi,” harap Bayu.

EnC kali ini mengangkat tema “Koperasi Pemuda dalam Persaingan Global”. Tema tersebut sangat bagus dan mampu menambah wawasan para peserta di bidang Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) dan tantangannya terhadap globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) serta keterkaitan dengan kebijakan pemerintah. “Untungnya kami di FE UNY memperoleh pengetahuan yang cukup banyak tentang UMKMK, sebab dimasukkan di beberapa mata kuliah,” ujar Eko. Oleh karena itu, kegiatan tersebut sangat baik untuk menggali potensi mahasiswa dan menumbuhkan kembali semangat Ekonomi Kerakyatan. (rizky)

PERWAKILAN KOPMA UNY DALAM AGENDA INTERNATIONAL CO-OPERATIVE ALLIANCE

Beberapa waktu lalu, Devie Nur Ghaniya mahasiswi Pendidikan Akuntansi telah usai mewakili UKM Koperasi Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dalam agenda Asia Pacific Workshop on Youth Cooperation and Campus Co-operatives yang diselenggarakan pada tanggal 17—20 September 2015 di Bangkok, Thailand. Acara ini diselenggarakan oleh ICA-AP Committee on University/Campus  Cooperatives and the ICA-AP Committee on Youth Cooperation berkolaborasi dengan the Cooperative League of Thailand and Thailand Consumer Cooperative Federation in University (TCOFU). Semua lembaga tersebut merupakan bagian dari organisasi koperasi di dunia yaitu International Alliance Co-operative untuk regional Asia dan Pasifik.

Acara ini diikuti oleh 12 negara di antaranya India, Nepal, Pakistan, Bhutan, Korea Selatan, Jepang, China, Malaysia, Kamboja, Filipina, Thailand, dan juga Indonesia. Acara ini merupakan acara tahunan ICA-AP untuk koperasi pemuda dan koperasi kampus se-Asia Pasifik. Tema dari acara kali ini yaitu Moving Towards Sustainable Growth and Development in the Co-operative Decade yang membahas mengenai peran dari koperasi pemuda dan koperasi kampus untuk dalam pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan di era dekade koperasi. Selama 4 hari peserta mengikuti berbagai workshop koperasi dari beberapa pembicara internasional, lomba poster dari setiap negara dan diskusi silang dengan berbagai negara. Untuk lomba poster, Indonesia menjuarai posisi ke-3.

Ada 8 peserta perwakilan dari Indonesia yaitu dari seorang peserta dari Kopma UNY, Kopma Universitas Sebelas Maret, Kopma Universitas Pendidikan Indonesia, Koperasi Kampus Unsoed, Badan Komunikasi Pemuda Koperasi, Koperasi Pemuda Indonesia dan 2 orang dari Koperasi “Kopma” UGM. Awalnya perwakilan dari Indonesia heran dengan peserta dari negara yang lain, hal ini karena kebanyakan peserta merupakan pejabat-pejabat yang telah berusia dewasa.

Ternyata memang di negara lain tidak banyak Koperasi Mahasiswa, sebagian besar adalah Koperasi Kampus yang di dalamnya ada mahasiswa, dosen, karyawan, akademisi, dan pejabat kampus yang menjadi elemen anggotanya. Harapannya, dengan agenda tahunan yang mempertemukan pemuda-pemuda koperasi se-Asia Pasifik, koperasi di Indonesia dapat terus berkembang dan berpartisipasi kembali di agenda ICA selanjutnya. (Devie NG)

Keberkahan Momen Idul Adha

Dalam satu tahun, ada tiga sepuluh-hari yang diistimewakan dalam ajaran Islam. Sepuluh hari tersebut yang pertama adalah sepuluh hari awal pada bulan Muharram. Yang kedua, sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan. Yang ketiga, sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah. Pada hari-hari tersebut, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadahnya. Demikian dipaparkan oleh Ustadz Didik Purwodarsono dalam Pengajian memperingati Idul Adha 1436 Hijriyah di Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Jumat (2/10) kemarin. Pengajian ini dihadiri oleh segenap jajaran dekanat, karyawan, dosen, serta perwakilan organisasi kemahasiswaan di FE UNY.

Dalam sambutannya, Dekan Dr Sugiharsono berharap agar pengajian ini bisa membantu memperbaiki karakter segenap civitas akademika. “Keluar dari ruangan ini, harus ada perubahan. Kalau berubah lebih baik, berarti proses belajarnya berhasil. Kalau tidak, berarti belum belajar secara serius,” ingatnya.

Didik menerangkan, momen Idul Adha sebenarnya memiliki potensi yang besar bagi kesejahteraan umat. “Idul Adha bisa jadi lebih berkah daripada Idul Fitri kalau liburannya lebih panjang. Para perantau bisa mudik lebih lama. Mereka bisa membeli sapi/kambing di kampung halamannya dari orang setempat, lalu dibagikan kembali ke masyarakat di kampung tersebut,” ujarnya.

“Idul Adha merupakan momen kesyukuran. Karena kita diberikan nikmat yang banyak, Allah perintahkan dalam Al Quran, ‘ fashollii lirobbika wanhar,’ maka sholatlah dan berkurbanlah,” urai pengasuh Pondoh Pesantren Modern Miftahunnajah Yogyakarta tersebut.

Suatu bangsa bisa dilimpahi keberkahan, dan bisa juga sebaliknya, ditimpa musibah. “Mereka akan diberkahi kalau beriman dan bertaqwa, sebagaimana Allah firmankan dalam Surat Al A’raaf ayat 96, dan mereka akan ditimpah musibah jika melakukan kedurhakaan, seperti tercantum dalam Surat Al Israa ayat 16,” tambahnya. Seusai pengajian, Dekan beserta jajaran berkenan menyerahkan sejumlah bantuan kepada para dhu’afa.  (fadhli)

Yudisium FE UNY Periode September 2015

Rabu (30/9) kemarin, Fakultas Ekonomi (FE) UNY menyelenggarakan yudisium periode September 2015. Sebanyak 24 orang terdiri dari 10 orang S1 Kependidikan, 14 orang Non Kependidikan dinyatakan lulus pada upacara Yudisium tersebut. Pada periode ini, 7 orang peserta atau sebesar 29,17% mendapatkan predikat Dengan Pujian dengan rata-rata IPK sebesar 3,25 dan masa studi selama 4,97 tahun. Demikian sebagaimana dijelaskan Wakil Dekan I Nurhadi, M.M. dalam laporannya di hadapan peserta yudisium dan jajaran dekanat beserta kajur dan kaprodi di FE UNY.

Sementara itu, Dekan Dr. Sugiharsono, M.Si. dalam arahannya menegaskan bahwa yudisium ini adalah upacara yang penting. “Wisuda itu bukan acara yang wajib. Kalian boleh mengikuti atau tidak. Tetapi, yudisium adalah peristiwa yang memiliki sifat yuridis yang membuat kalian sah diberikan gelar akademik,” terangnya.

“Tantangan setelah ini menjadi lebih besar. Kalian bisa melanjutkan studi ke S-2, atau mulai berkontribusi di masyarakat. Sebelum upacara wisuda, fakultas akan memberikan bekal kepada para alumni berupa pelatihan Pengembangan Diri dan Menembus Dunia Kerja. Hal ini untuk mendukung bagi mereka yang ingin terjun ke dunia usaha baik sebagai pelamar ataupun pencipta lapangan kerja,” tambah Sugiharsono.

Pada yudisium kali ini, peraih IPK tertinggi adalah Erna Estiningsih yang merupakan alumnus Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran. Putri sulung pasangan Sukim dan Marinah lulusan SMK N 1 Godean ini diyudisium dengan mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif sebesar 3,60.

Ditanya mengenai kiatnya memperoleh IPK tertinggi periode ini, Erna, panggilan akrabnya, menjelaskan, “Setiap tugas yang diberikan sebaiknya segera dikerjakan. Jangan sungkan bertanya kepada dosen kalau ada yang kurang jelas.”

Menurut Erna, kesempatan berkuliah di kampus sebesar UNY tidak boleh disia-siakan. “Rasanya bangga kuliah di kampus negeri. Selain itu, meringankan beban orang tua juga. Kebanyakan teman sebaya di kampung tidak melanjutkan pendidikan selepas SMA. Sebagian bahkan sudah menggendong anak,” ujar remaja asli Girimulyo, Kulonprogo, ini.

Erna yang semasa SMP maupun SMK sering meraih peringkat terbaik di kelasnya ini mengungkapkan rencananya selepas lulus, “Semoga bisa melanjutkan kuliah S-2. Sementara itu, saya akan kerja dulu sambil menunggu kesempatan kuliah datang.” (fadhli)

Studium Generale FE UNY: Kehidupan Adalah Perubahan

Fakultas Ekonomi (FE) UNY menyelenggarakan Studium Generale bagi Mahasiswa Baru FE UNY 2015, Sabtu (12/09) lalu. Bertindak selaku pemateri adalah Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D., guru besar UNY. Acara ini dihadiri lebih dari 450 mahasiswa baru dan dibuka oleh Wakil Dekan I FE UNY, Nurhadi, MM. Kuliah Umum dengan tema “Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Global” ini ditujukan bagi mahasiswa baru agar mereka memiliki semangat yang berbeda saat mulai memasuki dunia perkuliahan. “Mahasiswa baru akan dibakar semangatnya. Prof. Slamet adalah sosok yang penuh teladan dan seorang konsultan internasional,” terang Nurhadi.

Guru Besar UNY yang juga memiliki gelar terbanyak di kampus ini mengungkapkan bahwa pada masa lalu, jumlah orang yang ahli belum sebanyak sekarang. “Dulu saya memiliki Blue Ocean Strategy, menjadi ahli di bidang yang belum dikuasai seorang pun. Tapi sekarang, orang mungkin harus mengadopsi Red Ocean Strategy, bersaing di bidang yang memang sudah banyak orang berkecimpung di dalamnya,” ujar Slamet.

Slamet juga mengingatkan, kualitas mutlak harus dimiliki seorang manusia dalam hidup ini. “Kalau Anda memiliki kelebihan, Anda punya hak untuk memilih. Siapapun yang memiliki kelebihan kualitas, dia akan mendapatkan lebih banyak pilihan,” terangnya.

Menjadi mahasiswa baru, banyak yang tidak siap menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan lingkungan yang berbeda.  “Ada semacam culture shock ketika menjadi mahasiswa baru. Dengan kebebasan untuk memilih, mereka kemudian kurang bisa mengatur diri. Padahal, diperlukan sekali disiplin diri, self-discipline untuk meraih kesuksesan,” jelas Slamet.

Menghadapi tuntutan global, mahasiswa dituntut untuk bersiap lebih keras lagi. “Ada beberapa kondisi yang akan menjadi tantangan di masa depan. Seperti Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2025, Nawa Cita, Cetak Biru Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 2025, Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, Technoscience, dll., yang menuntut kita untuk terus belajar dan mengembangkan diri,” tambahnya.

Pemegang titel Philosophy Doctor dari The Ohio State University, Amerika Serikat ini juga mengingatkan mahasiswa untuk mau terus belajar dan berubah. “Kehidupan adalah perubahan. Perkembangan teknologi dan ilmu terus terjadi. Oleh karena itu, perlu belajar, lalu dipelajari kembali, dan belajar melupakan. Kehidupan diciptakan sesuai sistem dari Sang Pencipta. Tidak ada yang diciptakan oleh-Nya kecuali sudah menjadi sistem, dan tidak akan berubah. Tidak mungkin suatu saat Allah berinovasi kemudian memutuskan menciptakan generasi manusia selanjutnya berkaki tiga. Sementara itu, ciptaan manusia, ilmu ekonomi, politik, sosial, bukanlah sistem, karena selalu berubah,” urainya. (fadhli)

Modal Besar Bukan Jaminan Usaha Lancar

Wirausahawan adalah salah satu profesi yang paling menguntungkan. Penghasilan yang bisa diterima bisa jadi lebih besar dari pegawai negeri sipil paling tinggi. Tetapi risikonya juga paling besar. Oleh karena itu, mental seorang wirausahawan memang dituntut pemberani. Negara yang sudah maju memiliki banyak penduduk yang berprofesi wirausahawan. Amerika Serikat sudah mempunyai lebih dari 15% entrepreneur. Cina dan Malaysia juga memiliki 5-15% penduduk yang berwirausaha. Sayangnya, populasi wirausahawan di Indonesia tidak lebih dari 1%. Oleh karena itu, pemuda di Indonesia perlu didorong menjadi wirausahawan berikutnya. Demikian disampaikan Dekan Fakultas Ekonomi (FE) UNY Dr Sugiharsono, M.Si membuka Seminar Kewirausahaan “Teras Mahasiswa” bertajuk “Kembangkan Usahamu, Lampaui Batas” kerjasama KOMPAS dan Bank BRI, Kamis (10/9) lalu.

Acara ini diselenggarakan untuk mendukung lahirnya entrepreneur baru di berbagai bidang. Sebanyak 300 peserta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di DIY memadati ruang Auditorium FE UNY. Seminar ini terdiri dari dua sesi. Sesi talkshow bersama Shafiq Pontoh yang merupakan seorang Strategic Planner dan Rio Dewanto seorang aktor dan entrepreneur. Pada sesi kedua, peserta dibagi menjadi tiga kelas sesuai peminatan, yaitu Kelas Sociopreneur, Creativepreneur, dan Technopreneur.

Shafiq Pontoh merupakan salah satu founder gerakan AyahASI dan salah satu inisiator gerakan Indonesia Berkebun. Menurutnya, saat seorang entrepreneur mendapat kucuran modal besar dari investor, bukan berarti usaha akan berjalan mudah. “Justru sebaliknya, itu adalah godaan terbesar seorang entrepreneur. Manfaatkan modal tersebut sebaik mungkin. Ide usaha bisa muncul dari kegalauan dalam hati. Saat istri saya dulu melahirkan, anak saya mendapatkan susu formula tanpa seizin kami sebagai orang tua. Saat itu saya benar-benar galau, dan itu jadi awal saya membuat gerakan AyahASI,” jelasnya.

“Dalam mengawali usaha, kita bisa brainstorming dengan 5W+1H. Mulailah dari Why, alasan penting mengapa kita mau membuka suatu usaha. Lalu Who, dengan siapa kita akan bekerjasama sebagai tim. Kumpulkan orang terbaik di bidangnya, bukan yang sama dengan kita. Where, di mana kita akan memasarkan produk itu. Lalu when, kapan saat yang tepat, dan setelah semua pondasi itu kuat, silakan putuskan What, apa yang akan kita jadikan sebagai produk dan How, bagaimana usaha itu akan berjalan,” tambah Shafiq.

Sementara itu, Rio Dewanto bercerita bagaimana dirinya membangun konsep brandingnya melalui Filosofi Kopi. “Saya ingin membuat satu social movement terhadap kopi di Indonesia. Indonesia, kan, surganya kopi. Setiap daerah di Indonesia punya khas kopi masing-masing. Saat itu timbul ide membuat film Filosofi Kopi The Movie. Tiap satu tiket yang dibeli penonton, berarti berkontribusi satu benih kopi bagi petani kopi di Indonesia. Jangan pernah takut gagal. Karena sebenarnya yang ada adalah keberhasilan dan pembelajaran,” ungkapnya.

Acara yang dihadiri Kepala Biro KOMPAS Yogya-Jateng, Bambang Sigap Sumantri, dan Kepala Bagian Bisnis Program Kemitraan BRI Wilayah Yogyakarta, Tri Sakti Budi Cahyono ini menyediakan total dana hibah senilai 420 juta rupiah bagi mereka yang memiliki proposal bisnis cemerlang. Oleh karena itu, peserta dibagi menjadi tiga kelas pada Sharing Sessions untuk membantu dalam menguatkan ide usaha. Fajar A. Muharom, pemilik The Keraton Care, Hartadi Eko P., CEO MindSound Technology Inc., dan Mursida Rambe yang merupakan pendiri BMT Beringharjo menjadi pemateri pada masing-masing kelas tersebut. (fadhli)

Alumnus FE UNY Wartakan Yogya dari Layar Kaca

Berkuliah tidak lantas mengharuskan mahasiswa menjalani pola hidup yang terbatas hanya dunia kampus dan kos. Sebaliknya, berkuliah justru membuka peluang baru bagi pengembangan diri yang nyaris tanpa batas. Wirausaha, bekerja sambilan, atau belajar berorganisasi, adalah sebagian contoh yang bisa dijadikan sebagai sarana pengembangan diri tersebut. Dengan demikian, saat lulus kuliah, bukan tidak mungkin kita sudah sibuk dengan aktivitas yang sudah dirintis sejak kuliah tersebut. Hal ini pula yang tampak dari sosok alumnus Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Ayu Destasiwi Estiaji.

Wajah gadis lulusan program studi Manajemen angkatan 2010 itu kini bisa dijumpai di layar kaca pada pagi hari di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Kemampuannya menyampaikan warta secara lugas menjadi sebab dirinya dipercaya sebagai salah satu news anchor stasiun televisi tersebut di kantor cabangnya di Yogyakarta. “Alhamdulillah, cita-cita terkabul,” ucap finalis Putri Pariwisata Indonesia 2012 tersebut.

Diakui Ayu, tidak serta merta kesempatan ini datang. “Waktu itu Februari 2014, saya masih magang dan dilanjutkan skripsi. Saya ikuti tahapan audisinya, casting, interview, sampai tersisa 4 orang, yang diambil ternyata cuma dua,” urai Ayu yang diyudisium pada September 2014 lalu.

“Sedih sekali. Diambil hikmahnya saja. Mungkin Allah memang ingin saya konsentrasi mengerjakan skripsi dulu. Tapi setelah itu, saya masih tetap belajar, ngomong di depan kaca cermin, lalu membaca koran keras-keras seolah sedang on-air. Sampai akhirnya kesempatan itu datang lagi pertengahan tahun ini, Alhamdulillah,” ungkap gadis yang juga handal menari tradisional dan menjadi Master of Ceremony ini.

Ayu menambahkan, motivasinya menjadi seorang penyiar berita sebenarnya dari hal yang sepele. “Waktu kecil, saya suka menonton berita bersama bapak. Waktu itu saya bilang, ‘besok mbak Ayu masuk TV kayak gitu, juga’. Jadi, ingin membuktikan janji sekaligus mencicil membahagiakan orang tua,” celetuknya.

Membaca berita memang terlihat sederhana, tetapi – sebagaimana diungkapkan Ayu – ternyata tidak semudah yang disangka. “Beberapa jam sebelum pengambilan gambar tidak ada naskah berita. Jadi kita langsung membaca naskahnya dari prompter saat pengambilan gambar itu juga. Mungkin karena itu, terkadang muncul grogi, dan kadang ‘belibet’ ngomongnya karena harus menjaga kecepatan tetap stabil,” ungkapnya.

Bagi Ayu, doa dan dukungan dari orang tua dan orang-orang terdekat sangat penting. “Keluarga dan teman-teman sempat geli. Berbeda sekali dengan keseharian saya yang tidak bisa diam, tiba-tiba di kamera muka dan nada bicaranya berubah,” tutup Ayu sembari tersenyum. (fadhli)

Ahmadulloh Perankan Adik Ipar Jenderal Soedirman

Seiring dengan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 lalu, di berbagai bioskop tanah air diputar film “Jenderal Soedirman”. Kisah nyata yang terjadi di awal masa kemerdekaan Indonesia ini menceritakan bagaimana Jenderal Soedirman harus berjuang menegaskan eksistensi negara Indonesia di tengah keterbatasan fisiknya melalui perang gerilya. Film ini dibintangi Adipati Dolken sebagai Jenderal Soedirman. Selain itu, terdapat juga tokoh penting seperti Soekarno dan Moh. Hatta yang diperankan masing-masing oleh Baim Wong dan Nugie. Diputar sejak 27 Agustus lalu, film ini menuai pujian. Seluruh gambar sebagian besar diambil di lokasi gerilya yang dulu dijalani Jenderal Soedirman, seperti Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul. Di samping itu, Magelang dan Bandung juga menjadi lokasi syuting.

Di tengah hingar bingar film “Jenderal Soedirman”, ternyata terdapat mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) UNY yang dipercaya sebagai salah satu aktor dalam film tersebut. Adalah Hanum Faeni, adik ipar Jenderal Soedirman yang perannya dipercayakan kepada Ahmadulloh, mahasiswa program studi D3 Akuntansi. Dalam film tersebut, Ahmad juga beradu akting dengan Diajeng DIY 2014, Annisa Hertami yang berperan sebagai Alfiah, istri Soedirman. “Tim gerilya saat itu ada 14 orang. Saya – sebagai Hanum – selalu membawa koper Soedirman. Selaku adik ipar, Hanum ditugasi Mbak Alfiah menjaga Soedirman,” ujar Ahmad.

Mahasiswa yang baru diyudisium pada 3 September lalu ini tidak menyangka bisa dipercaya terlibat dalam film tersebut. Awal kiprahnya di dunia peran pun terjadi tanpa kesengajaan. “Waktu itu, di akhir tahun 2013, saya hanya mengantar seorang teman untuk ikut casting sebuah film televisi. Tapi saat itu saya juga disuruh ikut, dan ternyata lolos. Setelah itu saya dimasukkan dalam suatu agensi model. Dari situ saya mulai aktif di dunia modeling dan akting,” ungkap alumnus SMA N 4 Magelang ini.

“Selepas itu, saya mulai sering bolak-balik Wates-Yogyakarta karena aktivitas sebagai model banyak di Yogyakarta. Kuliah di Wates memang agak keteteran, tetapi saya tetap berjuang untuk bisa lulus,” ujar Ahmad yang juga sempat mengamen dan berjualan roti bakar sebelum terjun ke dunia modeling.

Kini, Ahmad masih sibuk berlatih dan mengasah kemampuan aktingnya. Sambil menunggu waktu wisuda, Ahmad juga harus roadshow mengikuti agenda meet and greet bersama tim “Jenderal Soedirman di beberapa kota. Selain itu, Ahmad juga masih menjalani proses casting sebuah film sejarah lainnya yang direncanakan tayang pada tahun depan. “Saya bangga bisa terlibat dalam film Soedirman. Pengalaman kuliah dan aktivitas modeling memberikan saya banyak pengalaman. Saya jadi belajar untuk lebih bersabar dan berproses dalam segala hal. Kesuksesan adalah wujud dari proses yang panjang,” tutupnya. (fadhli)

Yudisium FE UNY Periode Agustus 2015

Sebanyak 45 orang dinyatakan lulus pada upacara Yudisium periode Agustus 2015 di Fakultas Ekonomi, Rabu (2/9) lalu. Peserta yudisium terdiri dari 20 orang S1 Kependidikan, 17 orang Non Kependidikan, dan 8 orang program D3. Rata-rata IPK pada periode ini sebesar 3,29 dan sebanyak 8 orang atau 18% peserta meraih predikat Dengan Pujian. Demikian sebagaimana dijelaskan Wakil Dekan III Siswanto, M.Pd. dalam laporannya di hadapan 45 peserta yudisium dan jajaran dekanat beserta kajur dan kaprodi di FE UNY.

Dalam arahannya, Wakil Dekan I Nurhadi MM menjelaskan bahwa yudisium ini menjadi anugerah yang harus disyukuri para alumni. “Ini adalah kebahagiaan pertama kalian, tapi juga sekaligus pintu gerbang berikutnya dalam kehidupan kalian. Dengan ilmu yang kalian miliki, berkontribusilah lebih. Yang berilmu akan punya derajat yang lebih di masyarakat, lebih-lebih di hadapan Tuhan,” terangnya.

“Selain itu, dalam kehidupan di masyarakat, tidak hanya dibutuhkan kecakapan akademik. Tetapi juga emosional dan spiritual. Banyak orang pandai tetapi tidak bisa diterima masyarakat. Ingatlah akan peran orang lain atas keberhasilan kalian,” tambah Nurhadi.

Pada Yudisium kali ini, peraih IPK tertinggi adalah Lia Indriani yang merupakan alumnus Program Studi Pendidikan Ekonomi. Putri pasangan Suripto dan Wagiyah lulusan SMA N 1 Gombong ini mendapatkan IPK sebesar 3,72.

Menurut Lia, panggilan akrabnya, dosen di FE UNY tidak hanya mengajarkan hal-hal akademis saja. “Dosen-dosen di FE juga selalu menanamkan nilai yang positif,” ujar pengidola dosen Supriyanto, MM ini. Apa kuncinya dalam mendapatkan IPK yang maksimal? “Selalu dengarkan penjelasan dosen, dan fleksibel dalam belajar. Kapanpun ada waktu luang, sempatkan untuk belajar. Rencana setelah usai S1 ini, saya ingin melanjutkan studi S2 atau Pendidikan Profesi Guru,” tutupnya. (fadhli)

Pages