SEMINAR NASIONAL HIMA AKUNTANSI: PENTINGNYA SERTIFIKASI PROFESI DI ERA KOMPETISI

Di era kompetisi seperti saat ini di mana Indonesia telah masuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadikan setiap negara harus siap bersaing dan bisa berkompetisi. Salah satunya adalah tenaga kerja. Dalam hal ini, masih sedikit masyarakat yang belum menyadarinya, seperti halnya mahasiswa. Oleh karena itu Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Hima AKSI) UNY mengadakan Seminar Nasional yang merupakan salah satu acara dalam rangkaian UNY Accounting Fair 2016 dengan mengambil tema “Pentingnya Sertifikasi Profesi di Era Kompetisi” pada Sabtu (15/10) kemarin.

Seminar yang dilaksanakan di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY ini dihadiri lebih dari 250 peserta dan tamu undangan. Peserta terdiri atas mahasiswa diploma, sarjana, dan pascasarjana dari banyak perguruan tinggi di Yogyakarta serta dari instansi pemerintahan. Seminar ini menghadirkan empat pembicara yaitu Dr. Sugiarto Sumas, M.T selaku Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Bonardo Aldo Tobing selaku perwakilan Badan Perencanaan dan Harmonisasi Kelembagaan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Dr. Dwi Martani, CPA, CA., selaku Dewan Pimpinan Nasional IAI dan Dewan Penguji Sertifikasi CPA IAPI, dan Mety Yusantiati selaku Direktur The Indonesia Capital Market Institute (TICMI). Seminar ini dibuka oleh Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi UNY Isroah, M.Si dan dimoderatori oleh Ketua Program Studi Akuntansi S1 Dr. Denies Priantinah, M.Si, Ak., CA.

Seminar ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama membahas sertifikasi profesi secara umum dengan pembicara Sugiarto dan Aldo. Sugiarto menegaskan untuk berkompetisi dibutuhkan kompetensi oleh karena itu diperlukan sertifikasi. Selain itu dipaparkan pula posisi Indonesia terkait sertifikasi profesi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Aldo memaparkan tentang BNSP dan jenis-jenis sertifikasi profesi. Dijelaskan pula mitos-mitos yang berkembang di Indonesia dan pembenarannya terkait tenaga kerja seperti halnya pekerja asing dari negara-negara ASEAN akan membanjiri pasar tenaga kerja Indonesia. “Faktanya adalah komitmen negara-negara ASEAN hanya terkait pergerakan tenaga kerja terampil seperti akuntan, perawat, arsitek, praktisi medis, insinyur, dokter gigi, tenaga survei, dan tenaga pariwisata,” ujar Aldo.

Pada seminar sesi kedua membahas sertifikasi profesi di bidang akuntansi dan pasar modal dengan pembicara Dwi Martani dan Mety. Dwi menegaskan untuk mampu survive maka kita harus berbeda, untuk menjadi berbeda maka diperlukan sertifikasi profesi. “Beberapa sertifikasi profesi akuntansi seperti Chartered Accountant, Certified Public Accountant, dan Profesi Penilai,” papar Dwi.

Mety memaparkan sertifikasi profesi keahlian pasar modal. Adapun sertifikasi profesi yang dipaparkannya antara lain Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE), Wakil Manajer Investasi (WMI), Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE), dan Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM). (tegar/fadhli)

Delapan Jam Sehari Berbuah Medali

Menyumbangkan medali bagi tanah kelahiran tentu sebuah kebanggaan tersendiri. Demikian pula yang dirasakan Pratiwi Adhiati Kusumawardani, mahasiswa Jurusan Manajemen angkatan 2012 Fakultas Ekonomi (FE) UNY. Perjuangannya selama setahun terakhir ini berbuah manis. Bersama rekan setimnya, Tiwi, begitu biasa dia dipanggil, turut menyumbang medali emas bagi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di renang indah nomor Aquatic Synchronized Swimming di Pekan Olahraga Nasional 2016 di Bandung.

Tim Renang Indah DIY yang dilatih juara olimpiade Beijing 2008 asal Rusia, Anna Nasekina, mendominasi cabang renang indah dengan menyapu bersih 3 medali emas yang disediakan. Tiwi merasakan keberadaan pelatih asal Rusia tersebut sangat berpengaruh terhadap penampilan tim. “Anna adalah pelatih yang bagus. Saya yakin dia juga bisa menjadi pelatih yang baik untuk tim nasional jika memang diperlukan,” terang Tiwi.

Apakah Tiwi merasa berat dengan metode yang diterapkan oleh Anna? “Kami sudah terbiasa berenang berjam-jam dalam sehari. Kalau ada pertandingan atau kompetisi, kami harus berlatih selama 8 jam. Empat jam di pagi hari, 4 jam di sore hari. Kalau libur kompetisi, cukup 2-3 jam sehari. Di bawah bimbingan kepelatihan Anna, kami memadukan berbagai kombinasi gerakan agar harmonis, dan untuk itu, dia sangat perfeksionis. Setiap individu diperhatikan betul-betul,” urainya.

Bagi Tiwi, ini merupakan prestasi kesekiannya di bidang non akademik. Selain menjadi kontingen Indonesia di dua SEA GAMES terakhir, Tiwi juga meraih perunggu pada perhelatan 2nd South East Asian Swimming Championship di Singapura pada 2014. Kuliah di Jurusan Manajemen bukan halangan baginya mendulang prestasi. “Saya memilih Jurusan Manajemen juga demi masa depan saya. Tadinya memang banyak yang mengira saya dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, tapi setelah dijelaskan, mereka jadi lebih apresiasi,” tambah lulusan SMA N 1 Godean, Sleman ini.

Memulai karir keolahragaannya sejak kelas 5 SD, awalnya Tiwi hanya dimasukkan ke klub renang oleh orang tuanya agar tidak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk pergi bermain yang tidak jelas. Memasuki kelas 6 SD, pilihannya di cabang renang indah menjadi awal keseriusan putri sulung pasangan Musriadi Muhammad dan Suyatmi ini di dunia renang.

“Renang indah memang tidak mementingkan kecepatan. Tetapi metode latihannya luar biasa menguras tenaga dan pikiran. Dalam kondisi di bawah air, para atlet harus konsentrasi berhitung (ketukan lagu), melihat posisi masing-masing, dan harus menahan perih. Selain itu, ukuran tubuh juga harus sama,” tambah Tiwi.

Namanya yang kerap berprestasi hingga tingkat nasional menjadikannya buah bibir di lingkungan sekitar tempat ia tinggal. Kini, selepas PON di Jawa Barat, Tiwi kembali berkonsentrasi menyelesaikan skripsinya. Hadiah uang yang kurang lebih Rp. 90 juta akan digunakannya untuk memberangkatkan ibunya umroh dan sebagian sisanya akan ditabung. “Selepas lulus, ada beberapa pilihan dan tawaran yang diberikan pada saya. Di antaranya, menjadi pelatih di sebuah sekolah internasional di Bali. Tapi, itu semuanya akan saya pikirkan baik-baik sebelum memutuskan,” pungkasnya. (fadhli)

Training of Trainers Perbankan Syariah Kerjasama FE UNY dan BRISyariah Yogyakarta

Menindaklanjuti penandatanganan perjanjian kerjasama antara Fakultas Ekonomi (FE) UNY dan PT BRISyariah Yogyakarta, kedua pihak mengadakan Training of Trainers (ToT) Perbankan Syariah kepada mahasiswa dan dosen di FE UNY, Jumat (30/9) lalu. Sebanyak 50 mahasiswa dan dosen dari FE UNY mendapatkan materi seputar layanan di Bank Syariah, serta dilatih singkat bagaimana menjadi seorang customer service, atau teller, melalui penggunaan Sistem Aplikasi Laboratorium Minibanking BRISyariah (SALAM BRIS). Pelatihan ini dipandu oleh beberapa instruktur dari BRI Syariah Yogyakarta.

SALAM BRIS menjadi salah satu program andalan BRISyariah dalam meningkatkan daya saing sumber daya insani dan teknologi pada sektor keuangan syariah. Mayoritas sumberdaya manusia di industri perbankan syariah, menurut Direktur Komersial BRISyariah Indra Praseno, merupakan migrasi dari industri perbankan konvensional. Hal ini mendorong BRISyariah untuk lebih menguatkan pengetahuan dan praktik perbankan syariah bagi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi dan literasi keuangan syariah di lembaga pendidikan serta masyarakat secara umum.

Salah satu instruktur BRISyariah yang memberikan sesi praktik pelatihan, Deni Setiawan, menjelaskan industri perbankan adalah bisnis kepercayaan. “Bank tidak memiliki uang. Masyarakatlah yang memiliki uang. Oleh karena itu, membangun kepercayaan masyarakat terhadap bank adalah hal yang penting,” terang Deni.

Perangkat SALAM BRIS ini merupakan fasilitasi mini banking BRISyariah di lebih dari 70 perguruan tinggi di Indonesia. Melalui aplikasi online ini, customer service, teller, atau supervisor bisa melakukan pelayanan kepada nasabah dan masyarakat dengan lebih cepat. Para peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa mencoba aplikasi tersebut dengan menjalankan berbagai peran seperti supervisor, teller, atau customer service.

Pagi sebelumnya, FE UNY menandatangani perjanjian kerja sama dengan BRISyariah yang diwakili Budi Wiryadinata. Selain dengan BRISyariah, FE UNY juga menyepakati kerja sama dengan PT Telkom dalam pengembangan sarana prasarana teknologi dan informasi di FE UNY. General Manager PT Telkom Wilayah Telekomunikasi (Witel) Daerah Istimewa Yogyakarta, Firmansyah mengatakan, PT Telkom berkomitmen untuk terus membantu pendidikan yang berbasis ICT. (fadhli)

Basmah: Tidak Perlu Jenius, Yang Penting Rajin

Fakultas Ekonomi (FE) UNY kembali meluluskan mahasiswanya. Pada Periode September lalu, sebanyak 39 orang yang terdiri dari 10 orang S1 Kependidikan, 23 orang S1 Non Kependidikan, dan 6 orang dari program D3 dinyatakan lulus dalam upacara Yudisium, Jumat (30/9) lalu. Upacara Yudisium menjadi penanda bahwa seorang mahasiswa telah disahkan menjadi seorang Sarjana atau Ahli Madya. Turut hadir dalam upacara tersebut, segenap jajaran Dekanat dan Ketua Jurusan atau Program Studi di lingkungan FE UNY.

Wakil Dekan I Prof. Sukirno, Ph.D., melaporkan, sejumlah 12 orang peserta lulus dengan predikat Cum Laude. “Selamat kepada para lulusan. Cum Laude atau bukan, semoga hal ini bisa memicu Anda untuk lebih bersemangat dalam memberikan manfaat,” ucapnya.

Peraih Indeks Prestasi Tertinggi (IPK) tertinggi pada periode ini adalah Basmah Shakib dari Program Studi Manajemen S1 dengan IPK 3,74. Basmah, sebagaimana dia acap dipanggil, merupakan penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) sewaktu kuliah. Beasiswa PPA merupakan bantuan dana yang berdasarkan pada prestasi mahasiswa, terutama indeks prestasi.

Selain prestasi di bidang akademik, gadis berdarah Arab-India-Jawa ini juga mengembangkan potensinya di bidang non akademik. Putri sulung pasangan bapak Shakib M. Mashabi dan ibu Sholehah ini gemar menekuni tarian modern dan tarik suara. “Saya dulu gabung di Management Voice, dan sempat mengikuti Lomba Modern Dance juga,” tambah alumnus SMA N 2 Wonosobo ini.

Bagi Basmah, tidak perlu terlahir pintar untuk bisa meraih IPK yang tinggi. “Saya biasa belajar atau membaca buku sebelum shubuh, lalu dilanjutkan setelah shubuh. Yang penting rajin belajar, tidak harus jenius,” pesan Basmah yang juga pernah meraih peringkat satu sejurusan IPS di SMA dulu. (fadhli)

Media Interaktif Hindarkan Suasana Monoton

Kreativitas guru dalam mengajar menjadi salah satu faktor penting siswa bisa mengikuti materi pelajaran dengan antusias. Metode ceramah tidak bisa terus menerus dipaksakan dalam menyampaikan suatu materi. Guru yang hanya mengandalkan metode ceramah akan cepat ditinggalkan siswanya karena terkesan monoton. Oleh karena itu, terkadang pelajaran diberikan melalui media pembelajaran. Demikian sebagaimana dipaparkan Ketua Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Abdullah Taman, M.Si. Ak., C.A. dalam kunjungan SMK Plus Pratama Adi Bandung ke FE UNY, Selasa (27/9) kemarin.

Taman melanjutkan, guru harus belajar untuk menguasai teknologi informasi yang berkembang semakin pesat. “Di FE UNY, para mahasiswa bisa belajar membuat media pembelajaran yang menarik dan interaktif, seperti Ular Tangga, Monopoli, Who Wants to be A Millionaire, tetapi dengan konten yang disesuaikan dengan materi akuntansi dan perpajakan,” tambah Taman seraya menunjukkan beberapa contoh media pembelajaran yang dibuat mahasiswa.

“Selain media pembelajaran dengan teknologi informasi, mahasiswa juga harus mengembangkan kemampuan Bahasa Inggris. Kalau tidak, kita akan melihat guru di sekolah-sekolah kita, atau para akuntan di supermarket merupakan tenaga kerja asing karena kita tidak berkembang,” terang Taman.

Kunjungan tersebut dihadiri lebih dari 50 siswa-siswi SMK Plus Pratama Adi dari bidang keahlian Akuntansi, serta para guru pendamping. Perwakilan SMK Plus Pratama Adi Indra Gunawan, S.Pd. menyampaikan bahwa kunjungan ini penting artinya bagi sekolah. “Nama UNY akan cepat disinggung jika berbicara tentang pendidikan. Dengan berkunjung ke UNY ini, kami harap para siswa bisa mendapatkan banyak informasi dan pembelajaran tentang perkuliahan akuntansi di FE UNY,” urai Indra.

Para siswa juga berkunjung ke beberapa laboratorium yang dimiliki FE UNY. Beberapa laboratorium tersebut antara lain Laboratorium Perpajakan, Laboratorium Akuntansi Manual, Islamic Mini Bank, dll. Dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi FE UNY Afrida Putritama, M.Sc. Ak. dan Arief Zuliyanto Susila, M.Sc. membimbing para siswa mengetahui fungsi-fungsi laboratorium dan pembelajaran yang bisa dilakukan di dalamnya. (fadhli)

ICEBESS 2016 Dorong Lahirkan Akademisi Guna Hadapi Tantangan Global

Dengan semakin majunya teknologi dan proses digitalisasi di berbagai bidang yang begitu cepat, manusia dituntut untuk melakukan perubahan dalam berperilaku sosial, ekonomi, dan menjalankan bisnisnya. Tanpa mengubah pola pikir dan cara kerja, sulit untuk bisa memperoleh kestabilan ekonomi dan juga memakmurkan masyarakat. Dengan latar belakang ini, Fakultas Ekonomi (FE) UNY mengadakan International Conference on Ethics of Business, Economics, and Social Science (ICEBESS) 2016, pada Jumat (16/9) lalu. Seminar internasional ini mengundang 3 pembicara utama dalam Plenary Session serta lebih dari 50 pemakalah dari dalam dan luar negeri.

Dalam sambutannya mewakili Rektor UNY, Wakil Rektor I UNY Wardan Suyanto, MA. Ed.D. menyampaikan bahwa etika dalam bisnis, ekonomi, dan ilmu sosial telah menjadi isu hangat di abad ke-21 ini. “Sesuai dengan visi UNY; taqwa, mandiri, dan cendekia, maka seminar internasional ini diharapkan memberikan kontribusi dalam bidang bisnis, ekonomi, dan perkembangan ilmu sosial di tengah-tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat,” urainya.

Prof. Chih-Cheng Chao sebagai pembicara pertama merupakan salah satu Senior Advisor di Industrial Technology Research Institute. ITRI sendiri merupakan organisasi bentukan pemerintah sejak 1973 yang telah sukses mengubah Taiwan dari negara industri yang semula hanya menekankan tenaga kerja (labor-intensive) menjadi negara industri dengan fokus pada percepatan teknologi (high-tech industry).

“Pada tahun 1970, Pendapatan Per Kapita Taiwan masih US$ 3,570. Pada awal abad ke-21 ini, sudah meningkat 10 kali lipat menjadi US$ 35,604. Dunia industri mengalami transisi dari yang tadinya labor-intensive, menjadi innovation focus,” terang profesor yang kini menetap di Kanada ini.

Dua pembicara lainnya adalah Prof. Richard Chinomona dari School of Economic and Business Sciences, University of the Witwatersrand, Johannesburg Area, Afrika Selatan, dan Dr. Aly Abdel Moniem dari Pascasarjana Universitas Islam Indonesia. Richard Chinomona merupakan salah satu akademisi yang memiliki tingkat produktivitas tinggi dalam melahirkan penelitian. Tercatat 66 judul yang telah dipublikasikannya dalam 3 tahun ke belakang. Sedangkan Aly Abdel Moniem merupakan doktor kelahiran Mesir yang meneliti masalah Sustainable Development Policies ditinjau dari Perspektif Maqasid asy Syariah Islam.

Sebanyak lebih dari 50 pemakalah dari berbagai perguruan tinggi di beberapa negara, di antaranya Institut Teknologi Bandung, Khon Kaen University Thailand, Universiti Kebangsaan Malaysia, Universiti Teknologi MARA Malaysia, serta perguruan tinggi di kawasan Asia Tenggara lainnya juga turut memaparkan presentasinya dalam sesi paralel. Sesi paralel dibagi ke dalam beberapa grup seperti pendidikan, manajemen sumber daya manusia, ekonomi dan ilmu sosial, dan lain-lain, sesuai dengan bidang kajian pemakalah.

“Seminar internasional ini akan menjadi wadah yang ideal dalam upaya mendukung, mendorong, dan menjaga potensi lahirnya akademisi-akademisi unggul dari seluruh penjuru dunia. Ini adalah hasrat kami FE UNY untuk turut andil membangun dunia ekonomi, bisnis, dan ilmu sosial yang lebih solid menghadapi tantangan global,” terang Dekan Dr. Sugiharsono dalam pidato penutupannya di akhir acara. (fadhli)

Nita Raih IPK Tertinggi Yudisium Agustus 2016

Sejumlah 81 orang dinyatakan lulus pada upacara Yudisium Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Rabu (31/8) lalu. Upacara yudisium periode Agustus di FE UNY ini diikuti 41 orang S1 Kependidikan, 25  orang Non Kependidikan, dan 15 orang Program D3 yang sudah memenuhi persyaratan secara akademik dan administratif. Upacara ini juga dihadiri oleh ketua jurusan, program studi (prodi), dan kepala bagian dan sub bagian di lingkungan FE UNY.

Dalam laporannya menggantikan Wakil Dekan I, Kepala Bagian Tata Usaha FE UNY Dra. Sriningsih mengatakan bahwa sebanyak 31 orang atau 38,27% meraih predikat Dengan Pujian. “Rata-rata raihan IPK pada periode ini adalah sebesar 3,47 dengan peraih IPK tertinggi adalah Anita Nur Khasanah sebesar 3,87 dari Prodi Akuntansi S1,” jelas Sriningsih.

Anita Nur Khasanah atau kerap dipanggil Nita, merupakan lulusan SMK N 1 Pengasih, Kulonprogo. Diwawancari seusai yudisium, putri dari seorang petani dan buruh lepas ini mengungkapkan rasa syukurnya bisa berkuliah di FE UNY, terlebih dengan bantuan beasiswa Bidikmisi.

“Saya mendaftar di UNY ini pada hari terakhir pendaftaran melalui jalur SBMPTN. Orang tua tadinya tidak mendukung, karena tidak memiliki kemampuan untuk membiayai. Tapi setelah dijelaskan adanya beasiswa, orang tua optimis kembali,” kata Nita. Untuk membantu keuangannya saat kuliah, putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Paingun dan Sugini ini bahkan sempat bekerja sebagai staf marketing di salah satu perusahaan fotografi seusai Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Nita menambahkan, kuliah tidak hanya di kelas, tetapi juga melalui organisasi. “Melalui organisasi, kita bisa memperoleh ilmu yang tidak didapatkan di kelas/kuliah. Selain itu, bekerja juga membuat saya belajar bagaimana menghadapi orang di dunia usaha,” ujar Nita yang sempat aktif di Himpunan Mahasiswa (Hima) Akuntansi.

Nita berharap, setiap mahasiswa harus mau mensyukuri keadaannya sebagai seorang penuntut ilmu. “Rajin-rajin belajar, ditambah dengan berorganisasi yang kita minati, lalu jangan lupa berdoa,” pungkas Nita (fadhli)

Cintai Apapun Keadaannya

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Agustus 2015 terdapat 7,56 juta orang penganggur dari 122,4 tenaga kerja di Indonesia. Tentu ada beberapa sebab mengapa begitu banyak jumlah pengangguran. Sebab-sebab ini bisa dikelompokkan menjadi 2, yaitu faktor mikro dan faktor makro. Demikian sebagaimana dipaparkan Arfina Puspitasari, S.Si., Marketing Manager PT Bale Ayu Indonesia dalam Pelatihan Pengembangan Diri dan Kiat Menembus Dunia Kerja di Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Selasa (30/8) lalu.

“Faktor mikro ini terdiri dari dua poin. Pertama, lulusan yang tidak memiliki kualitas. Kedua, tidak ada faktor WOW dari lulusan tersebut. Sementara pada aspek makro, ada tiga hal. Pertama, tingkat pertumbuhan ekonomi yang terlalu rendah. Kedua, kualifikasi tenaga kerja yang terlalu tinggi. Terakhir, terlalu banyak lulusan dari ranah ilmu sosial,” urai Fina, sapaannya.

“Dalam dunia kerja, softskills jauh lebih dibutuhkan para pencari tenaga kerja. Karakter seperti keterampilan berkomunikasi, kepemimpinan, kemampuan mempengaruhi, kreativitas, dan kemampuan interpersonal jauh lebih susah dicari, sedangkan hardskills masih bisa dilatih setelah karyawan tersebut diterima,” tambah Fina.

Fina juga memberikan berbagai tips dan trik guna menghadapi sesi wawancara. Menurut Fina, busana dan etika berperilaku di kala wawancara juga merupakan aspek yang mendapatkan penilaian dari si pewawancara. “Sekedar mengenakan jam tangan juga bisa menambah penilaian Anda di mata pewawancara. Itu menandakan Anda menghargai waktu. Sedangkan bagi wanita, high heels sebaiknya dihindari untuk dipakai saat wawancara. Kalaupun memakai, tidak melebihi 3 cm,” jelasnya.

Redaktur Majalah Pewara Dinamika UNY, Roni Kurniawan Pratama, S.Pd. menambahkan dalam sesi motivasi, mencintai suatu hal yang kita lakukan akan menjadikan kualitas pekerjaan meningkat. “Apapun keadaannya, tetap cintai pekerjaan kita,” terang Roni.

“Pada masa sekarang, mencari pekerjaan bagi lulusan S1 tidak semudah di masa lalu. Oleh karena itu, butuh motivasi yang kuat. Dengan niat yang tulus, diiringi usaha dan doa yang kuat, cita-cita bisa tercapai,” tambah Roni.

Pelatihan ini diikuti lebih dari 100 lulusan FE UNY yang diwisuda pada bulan Agustus lalu. Pelatihan ini merupakan bekal terakhir yang diberikan FE UNY kepada mahasiswanya sebelum benar-benar dilepas dari kampus. Hadir dalam acara ini Wakil Dekan I, Prof. Sukirno, Ph.D., dan Kepala Divisi Humas FE UNY, Lina Nur Hidayati, M.M. (fadhlI)

Siti Badriyah: "Saatnya Memberi"

Sebanyak 243 lulusan Fakultas Ekonomi (FE) UNY yang diwisuda pada 27 Agustus lalu mengikuti acara Pelepasan Lulusan di ruang Auditorium FE UNY, Jumat (26/8) lalu. Selain para lulusan, tampak pula orang tua/wali lulusan, dosen, serta jajaran dekanat dan pimpinan di FE UNY. Acara pelepasan lulusan ini merupakan ajang silaturrahim bagi para lulusan, beserta orang tua/wali dengan pihak fakultas. Pada acara ini pula para lulusan dikembalikan oleh pihak fakultas kepada orang tua masing-masing.

Dalam laporannya menggantikan Wakil Dekan I, Wakil Dekan II Nurhadi, M.M. menyampaikan bahwa sebanyak 106 lulusan periode Agustus 2016 ini mendapatkan predikat Dengan Pujian. “Input di FE UNY memang sudah bagus. Sebagian lulusan bahkan sudah bekerja sebelum diwisuda,” tambahnya.

Sementara itu, Siti Badriyah, S.Pd. selaku lulusan terbaik periode Agustus 2016 dengan IPK 3,86 ini mengucapkan terima kasih kepada segenap tenaga pendidik dan kependidikan di FE UNY. “Berkat mereka, kita bisa menyelesaikan studi dengan lancar,” ujar Siti.

“Mari kita bulatkan tekad untuk memberi kebermanfaatan yang lebih kepada bangsa. Berjanjilah kepada diri sendiri. Bukan saatnya meminta, tetapi inilah saatnya kita memberi," tambah gadis asal Klaten ini.

Senada dengannya, Dekan Dr. Sugiharsono, M.Si menyemangati para lulusan untuk meraih kesuksesan di masa depan. “Ada banyak pilihan bagi Anda di masa mendatang. Beasiswa LPDP kini tersedia bagi yang ingin melanjutkan studi. Apapun pilihan Anda, diharapkan kontribusinya makin meningkat, baik terhadap masyarakat, lingkungan, bangsa, dan negara, atau paling tidak terhadap keluarganya sendiri,” terangnya. (fadhli)

Training of Trainers Peningkatan Pemahaman Literasi Keuangan

Jumat, (9/9) Tim Generasi Cerdas Keuangan yang dipimpin oleh dosen Fakultas Ekonomi (FE) UNY Dr. Ratna Candra Sari, M.Si. melaksanakan Training of Trainers (ToT) Peningkatan Pemahaman Literasi Keuangan di Hall Kantor Otoritas Jasa Keuangan Daerah Istimewa Yogyakarta (OJK DIY). Kegiatan ini dilaksanakan atas dasar kerjasama yang dilakukan oleh Tim dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY dalam melakukan misi meningkatkan tingkat melek keuangan di masyarakat. Kegiatan ini diikuti oleh 30 volunteer Generasi Cerdas Keuangan yang terdiri dari mahasiswa dari bermacam bidang studi, universitas, dan tingkatan, baik mahasiswa S1 maupun S2.

Volunteer Generasi Cerdas Keuangan diberikan bekal materi oleh dua pemateri, yaitu Yunian Asih A. (Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK DIY) dan Dr. Ratna Candra Sari, M.Si. Yunian Asih A menyampaikan materi mengenai OJK dan perencanaan keuangan keluarga. OJK sebagai lembaga independen yang menaungi pengawasan lembaga keuangan tentu perlu dikenali oleh masyarakat. “Sebagaimana kita tahu, masyarakat kini dikelilingi oleh berbagai penawaran produk lembaga keuangan, baik lembaga keuangan yang kredibel hingga lembaga keuangan yang abal-abal. Masyarakat perlu memahami ke mana harus melakukan pengaduan apabila terdapat kecurangan atau kejahatan yang terjadi di lembaga keuangan,” terang Yunian.

Selain itu, Yunian Asih juga menyampaikan mengenai perencanaan keuangan keluarga. Perencanaan keuangan keluarga menjadi salah satu faktor penting penentu kesejahteraan keluarga di masa kini dan masa depan. Kemampuan seorang ayah dan ibu dalam membuat perencanaan harian, bulanan, bahkan tahunan dalam hal keuangan akan memberikan ketenangan hidup dan terhindar dari financial stress.

Dr. Ratna Candra Sari, M.Si. selaku pimpinan Generasi Cerdas Keuangan memberikan materi mengenai literasi keuangan untuk anak-anak dan remaja. Anak-anak dan remaja perlu diberikan materi literasi keuangan salah satunya karena adanya faktor premature affluence, yaitu keborosan dini yang terjadi saat tersedianya sumber daya keuangan. “Anak-anak dan remaja yang notabene belum bisa menghasilkan penghasilan sendiri cenderung mudah mengalami keborosan, apalagi dengan maraknya iklan dan pergaulan. Untuk melakukan literasi keuangan ini pun perlu dilakukan segmentasi karena berbeda umur berbeda pula cara membangun literasi keuangannya,” urai Ratna.

Selain materi dari kedua pemateri tersebut, tim Generasi Cerdas Keuangan juga diberikan motivasi untuk turut berkontribusi di masyarakat yang disampaikan oleh Ari Herliyanto. Pemuda sebagai agen perubahan bangsa perlu meningkatkan daya kritis dalam menghadapi problema-problema di masyarakat, tidak hanya berteori, tetapi aksi nyata di masyarakatlah yang diperlukan.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami untuk siap turun di masyarakat. Kami juga akan mempersiapkan diri dalam melakukan literasi keuangan,” ujar Ariska, salah satu relawan Generasi Cerdas Keuangan. Harapannya, dengan adanya kegiatan ini tim Generasi Cerdas Keuangan lebih siap saat turun di lapangan untuk melakukan misi literasi keuangan dan mampu memberikan kontribusi terbaik di masyarakat. (fadhli/ilyana)

Pages