Praktik Kunjungan Lapangan Universitas Sriwijaya di FE UNY

Yulia Djahir dan Dewi Pratita dari Unsri

Mahasiswa perlu dikenalkan dengan dunia nyata yang sesungguhnya, agar mereka mengaplikasikan ilmu yang telah mereka peroleh. Hal ini perlu agar mereka makin memahami ilmu pengetahuan, serta memiliki kemampuan yang memadai ketika berada di kehidupan yang sesungguhnya. Untuk tujuan itulah, sebanyak lebih dari 30 mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya (Unsri), Indralaya, Palembang, berkunjung ke Fakultas Ekonomi UNY Selasa (14/5) lalu. “Kami sering berkunjung ke sini dan sangat menyukai UNY,” ungkap Dra. Yulia Djahir, MM., Ph.D., selaku ketua rombongan dalam sambutannya.

Sementara itu, Abdullah Taman, S.E. Akt., M.Si. yang menyambut tamu mewakili Jurusan Pendidikan Akuntansi FE UNY mengucapkan terima kasih kepada segenap rombongan, dan berharap agar kunjungan ini makin mempererat silaturrahmi di antara kedua belah pihak, serta memperkenalkan beberapa dosen yang hadir di Ruangan Auditorium tersebut.

Dalam paparannya, Dra. Yulia Djahir, MM., Ph.D. memperkenalkan program studinya. Di Unsri, Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi tergabung dalam Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial bersama dengan 2 program studi lainnya, yaitu Pendidikan Sejarah, dan Pendidikan PKn. Selain itu, terdapat pula kelas ekstensi untuk ketiga program studi tersebut.

“Tujuan kami ke FE UNY ini adalah untuk mengetahui laboratorium-laboratorium di Fakultas Ekonomi, dan juga mengenai praktik dan sistem Akuntansi yang diajarkan di sini,” jelasnya. “Setelah ini, kami masih melanjutkan perjalanan ke Bandung dan Jakarta untuk memperlihatkan berbagai industri dan pasar kepada para mahasiswa kami,” lanjut lulusan S3 Universiti Pendidikan Sultan Idris Malaysia ini.

“Meskipun kami sering bertandang ke sini, tetapi tentu mahasiswanya selalu berbeda. Oleh karena itu, kami berharap para mahasiswa kami bisa mendapatkan berbagai hal baru dalam Praktik Kunjungan Lapangan kali ini,” harapnya.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan profil jurusan oleh Kaprodi Akuntansi, Dhyah Setyorini, M.Si. Ak. dan bertukar kenang-kenangan. (fadhli)

Konferensi Pers Menjelang Studium Generale DPM KM FE UNY

Suasana Konferensi Pers

Bertempat di Ruang Sidang Dekanat Fakultas Ekonomi UNY, sebanyak lebih dari 20 wartawan media massa mengikuti Konferensi Pers menjelang diadakannya Studium Generale “Ekonomi Kerakyatan dalam Payung MP3EI” oleh Fakultas Ekonomi UNY. Dalam kesempatan tersebut, hadir Dekan FE UNY, Dr. Sugiharsono, M.Si., Wakil Dekan I, Prof. Dr. Moerdiyanto, M.Pd., MM., Wakil Dekan III, Siswanto, M.Pd., dan Kepala Humas UNY Dr. Anwar Efendi. Selain itu, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa KM UNY, Ikmal Nur Muflih dan Ketua Panitia Studium Generale Kholifatun Azizah turut hadir untuk memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan terkait acara pada Sabtu 18 Mei tersebut.

Ikmal menjelaskan, mahasiswa perlu membantu mensukseskan program pemerintah MP3Ei karena merekalah yang nantinya menjadi penerus estafet bangsa. Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk mengundang pembuat kebijakan langsung untuk mendapatkan kejelasan dan kepahaman yang menyeluruh terhadap program tersebut.

Dekan Sugiharsono menegaskan bahwa sesuai dengan visi dan misi Fakultas Ekonomi untuk bertolak pada prinsip Ekonomi Kerakyatan, penyelenggaraan Studium Generale ini akan membantu FE UNY dalam menata kurikulum perkuliahan. Di masa mendatang, FE UNY akan makin menggencarkan pendidikan Ekonomi Kerakyatan kepada seluruh mahasiswa. “Harapan kami, akan semakin banyak lulusan-lulusan ekonomi yang berpihak pada ekonomi kerakyatan,” tuturnya.

Pada acara tanggal 18 Mei tersebut, Studium Generale ini akan menghadirkan pula pembicara Prof. Dr. Mudrajat Kuncoro,Ph.D. yang merupakan seorang ahli ekonomi dari UGM, H. Totok Daryanto, S.E. dari Komisi VII DPR RI, dan Bupati Sleman Drs. Sri Purnomo, M.Si. (fadhli)

Innovation Contest UKMF KRISTAL FE UNY

Para Pemenang ICON 2013

Innovation Contest (ICON) 2013 resmi dibuka, 11 Mei 2013 oleh Wakil Rektor I Universitas Negeri Yogyakarta, Wardan Suyanto, Ed.D. Kompetisi tingkat nasional yang diselenggarakan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) KRISTAL (Komunitas Riset dan Penalaran) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FE UNY) ini juga dihadiri Dekan FE UNY, Dr. Sugiharsono, M.Si., Wakil Dekan III FE UNY Siswanto, M.Pd. dan Adeng Pustikaningsih, M.Si. selaku pembina UKMF KRISTAL. Sebanyak 15 tim dari 78 tim, berhasil lolos untuk mempresentasikan karyanya di Auditorium FE UNY hari Sabtu (11/5) dilanjutkan rangkaian acara berupa field trip ke tempat wisata di Yogyakarta, 12 Mei 2013.

Kelimabelas tim yang lolos berasal dari perguruan tinggi seluruh Indonesia, yakni satu tim dari Universitas Negeri Medan, 2 tim dari Universitas Negeri Semarang, 3 tim dari Universitas Negeri Yogyakarta, 2 tim dari Universitas Brawijaya, 2 tim dari Universitas Jember, dan masing-masing satu tim dari Universitas Negeri Malang, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Institut Pertanian Bogor, Universitas Tulungagung, dan Universitas Negeri Surabaya.

Mengusung tema “Pengembangan Produk Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Menuju Persaingan Global”, kompetisi berlangsung seru dengan berbagai inovasi dan produk oleh para finalis melalui karya ilmiahnya sekaligus display produknya.

Apresiasi terhadap peserta dan kompetisi ini disampaikan Wakil Rektor I Universitas Negeri Yogyakarta, Wardan Suyanto, Ed.D. “Semoga dapat menjadi wahana belajar bagi semua, bukan hanya menang atau kalah namun juga agar dapat dikembangkan secara nasional serta sebagai ajang komunikasi antar mahasiswa di seluruh Indonesia,” jelasnya. Dekan FE UNY Dr. Sugiharsono, M.Si. juga sangat mengapresiasi para finalis dari seluruh Indonesia yang telah berjuang hingga di ICON 2013. “Selamat berkontribusi!” tutup beliau dalam sambutannya.

Rochmad Nur Cahyo, S.S, M.A. dosen FBS UNY, Gunawan, S.Sos. dari Disperindakop, dan Widya Paramitha S.E., M.Sc. dari UGM yang didaulat menjadi dewan juri pada ICON 2013 akhirnya memutuskan 3 terbaik dalam kompetisi ini adalah tim dari Universitas Brawijaya dengan karya “KRENYEKK PUNTAL” sebagai juara pertama, Universitas Negeri Surabaya dengan judul produk "Shells Food" meraih juara kedua, dan Universitas Negeri Medan dengan judul produk "Abrasi" sebagai juara ketiga. Dewan juri berharap untuk seluruh peserta dapat mengembangkan produknya dan tidak berhenti ketika kompetisi selesai. (FE)

Kajian Dosen dan Karyawan FE UNY: Berlatih Ihsan dan Ikhlash

Ust Abdullah Sunono

Sabtu, 11 Mei 2013, telah terselenggarakan kajian dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi. Pada kesempatan kali ini, kajian bertempat di kediaman Wakil Dekan II FE UNY yakni M. Djazari, M.Pd., di Pleret, Bantul. Dekan FE, Dr. Sugiharsono, M.Si. dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah atas kesediaannya menyelenggarakan kajian dosen dan karyawan ini. Sugiharsono berharap bahwa ilmu yang didapatkan bisa menjadi bekal di akhirat. Kajian kali ini diisi oleh Ustadz Abdullah Sunono. Ustadz Abdullah Sunono yang bernama asli Endri Nugraha Laksana ini adalah seorang pengasuh dan pengajar di Pondok Mahasiswa Islamic Center di Seturan.

Materi kali ini diawali dengan sebuah hadits yang mengisahkan ketika suatu hari Rasulullah menunaikan sholat tahajud sampai kaki beliau bengkak dan pipi beliau dibanjiri air mata. Lalu istri Rasulullah, Aisyah r.a bertanya, ”Ya Rasul mengapa engkau masih sholat sampai bengkak, bukankah Allah telah menjamin surga bagimu?” Kemudian Rasul menjawab, ”Ini adalah tanda syukurku kepada Allah.”

Kemudian Abdullah Sunono memaparkan sebuah hadits panjang dari Imam Muslim yang menyatakan bahwa Allah mewajibkan bagi kita untuk berbuat ihsan dalam segala hal. Makna ihsan ada dua, yakni: (1) Merasa dibersamai Allah dan merasa diawasi oleh Allah. Sebagaimana dalam kisah ketika Rasulullah berhijrah bersama Abu Bakar, kemudian mereka bersembunyi di gua Tsur, dan di tengah persembunyian itu, kaki orang kafir Quraisy saat itu sudah terlihat. Saat itu Abu Bakar sangat cemas persembunyian mereka akan diketahui orang Quraisy. Maka Rasul berkata: “La tahzan, innallaha ma’anaa (jangan cemas, Allah bersama kita)”.

(2) Berbuat yang terbaik. Dalam menyembelih hewan pun, kita tetap harus berbuat yang terbaik. Pisau yang digunakan pun harus tajam dan menebas dengan sekali tebasan. Begitu pula dalam kehidupan kita, haruslah terus berbuat yang terbaik. Dalam berbuat pun kita haruslah ikhlash. Orang yang ikhlash adalah orang yang nantinya akan diberi kesempatan melihat wajah Allah. Ikhlash berarti meniatkan perbuatan, perjuangan hanya untuk Allah. Dan ikhlash tertinggi adalah perasaan rindu ingin berjumpa dengan Allah. Kelebihan ikhlash yaitu: tidak ada satu orang pun yang bisa menghentikan, dan ia selalu berorientasi kepada Allah, serta idealisasinya terjaga. Ketika ikhlash tidak ada, maka akan terjadi kerusakan yang berat. Maka, lakukan segala hal dengan ikhlash meskipun itu adalah hal kecil. Karena Allah akan menghitungnya meskipun seberat zarrah. (FE)

Stan FE di Pameran Kreasi Anak Bangsa

Rektor Mengunjungi Stan FE

Memeriahkan Dies Natalis UNY yang ke-49, Fakultas Ekonomi mengikuti pameran bertemakan “Kreasi Anak Bangsa” bertempat di Gedung Auditorium UNY. Pameran yang dihelat mulai tanggal 7 sampai dengan 9 Mei 2013 ini diikuti 38 peserta yang terdiri dari 16 peserta dalam lingkup UNY dan sisanya diikuti peserta luar UNY. Selain dipenuhi stan-stan penjaja produk, pameran tersebut juga diramaikan dengan workshop penulisan, lomba mewarnai, fotografi, pentas musik, serta stand up comedy. Pameran ini dibuka pada 7 Mei pagi pukul 08.00 WIB oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, serta didahului Laporan Ketua Panitia Dies Natalis Dr. Sugito, M.A. Ketua panitia Dies Natalis UNY, Dr. Sugito, M.A. mengatakan bahwa pameran ini merupakan wahana belajar mahasiswa untuk mengadakan suatu kegiatan yang melibatkan pihak luar untuk menyemarakkan Dies Natalis UNY.

Kegiatan ini dibuka Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., yang dalam sambutannya mengatakan bahwa dies natalis merupakan event yang tidak akan dilepaskan karena bermakna sebagai media refleksi kemajuan dari tahun ke tahun. Pameran ini juga mendidik mahasiswa menjadi enterpreneur dan tidak semata menjadi PNS.

Stan-stan berdiri mulai dari pintu sayap barat Auditorium, hingga di selasar timur yang dipadati gerai makanan dan minuman. FE sendiri menempati stan yang berada di ruang utama, dan relatifdekat dengan pintu keluar.(fadhli)

FE UNY Dikunjungi SMK Dinamika Pembangunan

Para Siswa SMK Pembangunan dan Guru-guru

Jumat (3/5) lalu sebanyak 167 siswi SMK Dinamika Pembangunan 2 Jakarta berkunjung ke Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Rombongan sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Al Wathoniyah Asshodriyah 9 ini didampingi delapan orang guru. Diterima di ruangan Auditorium Fakultas Ekonomi, para tamu disambut oleh Wakil Dekan III Siswanto, M.Pd., Kasubbag Pendidikan dan Mahasiswa Istiyani Nuryati, S.Pd., dan Kajur Jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran, Joko Kumoro, M.Si. SMK Dinamika Pembangunan 2 adalah sekolah kejuruan bisnis dan ekonomi yang didirikan oleh Drs. KH. A. Shodri HM., yang juga merupakan Ketua MUI Jakarta Timur dan Ketua Jakarta Islamic Centre terbaru.

Dalam sambutannya, Siswanto, M.Pd. mengucapkan selamat datang dan menyambut baik pilihan SMK Dinamika Pembangunan untuk melakukan studi banding di FE UNY. Diceritakannya sejarah berdirinya FE UNY terutama secara yuridis yang baru saja memisahkan dari FIS ketika bernama FISE pada 2011 lalu. “Di FE UNY, ada empat jurusan dan delapan program studi. Dan untuk memasukinya bisa melalui tiga jalur, yaitu SNMPTN, SBMPTN, dan UM-UNY,” jelasnya.

Sementara itu, Eko Waskito Putro, S.Pd. yang memberikan sambutan mewakili SMK DP 2 mengharapkan kunjungan ini bisa membentuk jalinan komunikasi yang lebih baik di masa mendatang. “Semoga dengan kunjungan ini, para siswa bisa mendapat gambaran serta motivasi agar bisa diterima sebagai mahasiswa di FE UNY ini,” ungkapnya di hadapan para peserta didiknya yang didominasi siswi.

Setelah sambutan tersebut, acara kemudian dilanjutkan dengan pemutaran video profile FE yang berdurasi sekitar 10 menit. Kemudian, acara berlanjut dengan sesi tanya jawab yang mendapatkan antusiasme yang cukup tinggi dari para siswi. Mereka bertanya beberapa hal yang terkait dengan dunia perkuliahan di FE mulai tentang beasiswa yang tersedia, sampai sebab-sebab jurusan Administrasi Perkantoran dimasukkan di FE. Bahkan, ada pula siswi yang ingin tahu tentang bahasa perkuliahan yang dipakai sehari-hari di FE UNY setelah keheranannya menonton video profile di mana para penampilnya menggunakan bahasa Inggris selama video. (fadhli)

Mengambil Nilai Pendidikan dari Film

Film Front of the Class

Makna hari pendidikan tidak semata-mata untuk mencari kekurangan dari sistem pendidikan nasional, akan tetapi dapat lebih dimaknai dengan mengevaluasi diri sebagai mahasiswa di kampus pendidikan, apa yang dapat kita berikan untuk perbaikan kualitas pendidikan negera ini. Perbaikan tersebut mulai dari diri seorang guru yang dapat menjadi motivator bagi peserta didiknya, itulah tema yang diangkat pada rangkaian acara hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei. “Film merupakan salah satu saluran yang dapat memotivasi dan menginspirasi langkah kita sebagai mahasiswa calon pendidik bangsa”, ujar Zakiyudin, staf Departemen Sosial dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Departemen Sosial dan Politik (Sospol) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY menggelar diskusi film yang berjudul “Front of the Class”, yang dibersamai oleh Halili Hasan, Akademisi FIS UNY. Film yang bergenre pendidikan tersebut merupakan film yang meraih penghargaan Movieguide Award, pada tahun 2009. Film tersebut diangkat dari novel Front of The Class goresan Brad Cohen. Novel tersebut menjadi novel best seller pada tahun 2008 di negara bagian Atlanta, Amerika Serikat.

Film ini merupakan film yang sangat menggugah kita sebagai seorang calon pendidik bangsa. “Menjadi guru bukanlah mengejar materi, akan tetapi guru adalah soal panggilan hati, tanpa elemen tersebut, guru tidak akan menjadi motivator bagi peserta didik”, tegas Halili Hasan, S.Pd, akademisi dan praktisi hukum FIS UNY.

Film ini mengisahkan seorang anak kecil yang menderita Tourette Syndrom, sindrom ini adalah gangguan neurologis yang membuat penderitanya hilang kendali. Semasa kecilnya, Brad Cohen, diremehkan oleh teman-teman di sekolah dasarnya akibat sindrom yang dideritanya, hingga akhirnya semangat Cohen tergugah dari seorang guru, Myer, yang memberikan motivasi di depan forum kelasnya. Cohen adalah seorang siswa yang cerdas, dia bercita-cita menjadi seorang guru, cita-cita tersebut tidaklah mudah diraihnya, tangis, tawa, dan cercaan sering menimpanya. Suatu ketika setelah lulus dari college, Cohen melamar pekerjaan sebagai guru Elementary School di beberapa negara bagian, hingga akhirnya debut gurunya dimulai menjadi seorang guru kelas 2 di Mountain View Elementary School, Georgia. Sebagai seorang guru, Cohen tidak mengharapkan pekerjaan yang banyak memberikannya gaji. Baginya, mengajar dan membuat siswanya antusias dalam pembelajaran di kelasnya itu yang terpenting. Dalam kesehariannya, Cohen mengajar dengan gaya unik dengan media pembelajaran yang dibuatnya sendiri, sehingga siswanya mudah menerima segala pembelajarannya. Tak sedikit siswa dan guru di sekolah tersebut menyukai cara mengajarnya, sehingga di suatu saat Cohen dinobatkan sebagai Best Teacher di Negara Bagian Atlanta.

Dari film tersebut dapat ditarik pelajaran bahwasanya bukan soal fisik, tetapi pendidik yang dapat memotivasi dan menginspirasi berawal dari niat yang tulus. “Andaikan seluruh elemen pendidikan dapat mengambil pelajaran dari film tersebut, permasalahan pendidikan di negara ini akan dapat terminimalisir”, ujar Agus Purnomo, Kadep Sospol BEM FE UNY.

Kajian film ditutup dengan penggalangan dana bagi Fitra Dewa Ramadhan, anak usia 9 tahun, penderita gagal ginjal terminal. Semoga dengan adanya rangkaian acara hari pendidikan nasional, dapat lebih memaknai arti dari pendidikan dan guru sebagai motor kemajuan pendidikan. Selamat Hari Pendidikan bagi seluruh pendidikan bangsa! (AP)

Kajian Ekonomi Terpadu 2: Menyoal Kinerja Awal OJK

Kajian Ekonomi Terpadu 2

Departemen Sosial dan Politik (Sospol) Badan Eksekutif Mahasiswa dengan Pusat Kajian Ekonomi Terpadu (PUKET) kembali mengadakan kajian ekonomi terpadu yang bertajuk “Otoritas Jasa Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perekonomian Indonesia”. Kajian yang diselenggarakan pada hari Rabu (1/5) merupakan salah satu rangkaian dalam rangka memperingati Hari Pendidikan. “Sebagai mahasiswa ekonomi, sekarang sudah tidak jamannya turun aksi ke jalan, lebih baik diskusi di dalam ruangan dan mengkritisi kebijakan dengan kajian-kajian semacam ini”, ujar Siswanto, M.Pd, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi UNY.

Sebagai pembicara utama dalam kajian ekonomi terpadu, adalah Mohammad Juhfrin, Analis Senior Direktorat Komunikasi dan Hubungan Internasional Otoritas Jasa Keuangan RI. Sedangkan pembicara kedua dari seorang akademisi dan juga pakar ekonomi FE UNY, Supriyanto, M.M. 

“Otoritas Jasa Keuangan ini sendiri baru memasuki hari kedua, dan ini masih sibuk-sibuknya jalan-jalan untuk sosialisasi. Hari ini di Yogyakarta, dan keesokan harinya ke Gunungkidul,” ujar Moh. Juhfrin saat ditemui di sela-sela istirahat di Hotel Sahid Raya Jogja.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. OJK didirikan berlatar belakang adanya ketidakteraturan pada lalu lintas keuangan secara makro. Ketidakteraturan tersebut karena kurangnya batasan-batasan untuk mendirikan lembaga keuangan. “Mendirikan bank itu mudah. Tidak harus seorang milyuner, yang penting punya duit untuk setor modal saja, sudah bisa mendirikan bank”, papar analis senior OJK tersebut.

Saat ini OJK memasuki tahun yang kedua. Di tahun pendirian yang pertama, tepatnya pada akhir Desember 2012, OJK telah mengambil alih tugas dan wewenang Badan Pengawasan Pasar Modal-Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Dan untuk tahun ini, OJK akan mengambil tugas pengawasan keuangan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). “Bapepam-LK sudah di non aktifkan, pegawainya sudah dialihkan ke dalam OJK, sedangkan tahun ini OJK bukannya membubarkan BI, akan tetapi mengambil alih tugas pengawasan BI”, kata Moh. Jufrin.

“Memasuki tahun kedua, nampaknya OJK belum memberikan pengaruh yang berarti pada perekonomian Indonesia, hanya saja ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada kondisi perekonomian khususnya di bidang keuangan Indonesia”, papar Supriyanto, M.M. Akademisi ini menjelaskan, lembaga keuangan pada saat ini layaknya jamur yang tumbuh subur di musim hujan. Adanya kondisi demikian tersebut, dikhawatirkan akan memberikan kesempatan pada permasalahan seperti kasus BLBI yang diberikan pada Bank Century.

“Sudah banyak guyon yang menyatakan BI adalah sarang penyamun, kalau nanti pegawainya sebagian dari lembaga tersebut, diharapkan OJK juga tidak menjadi sarang penyamun pula”, sentil akademisi yang juga praktisi di bidang ekonomi tersebut. “Dalam memajukan perekonomian Indonesia khususnya di bidang keuangan, diharapkan OJK menjalankan fungsinya secara tegas, dan professional, “tandasnya.

Sebagaimana diketahui, OJK sendiri merupakan badan Independen yang mengawasi lembaga-lembaga keuangan di Indonesia. Badan bentukan parlemen ini nantinya akan membawahi dan mengambilalih fungsi dan wewenang keuangan Bapepam-LK dan BI. Pegawai dari kedua lembaga tersebut nantinya yang akan menjalankan roda penggerak OJK dalam fungsi pengawasannya. Dan sampai saat ini, OJK masih membuka kesempatan berkarir bagi anak bangsa yang tertarik berkarya di bidang keuangan. (ap)

Forum Studi Ekonomi #2: Refleksi Pendidikan di Indonesia

Di akhir April lalu, Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi (HMPE) Universitas Negeri Yogyakarta mengadakan Forum Studi Ekonomi ke-2 yang mengusung tema “Sudah Sukseskah Pendidikan di Indonesia?” Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum terealisasi dengan baik, tingkat partisipasi sekolah pun masih rendah. Harapannya forum ini bisa menyadarkan para mahasiswa, khususnya yang kelak berkecimpung dengan dunia pendidikan bahwa Indonesia membutuhkan mereka sebagai sang pencerah. Indonesia menunggu perubahan yang mahasiswa torehkan. Acara ini dihadiri Prof. Dr. Suyanto, Ph.D., dosen di FE UNY yang juga merupakan mantan Rektor UNY dan mantan Dirjen Manajemen Dikdasmen Kemendiknas RI, serta Riska Dwi Astuti mahasiswi Pendidikan Ekonomi UNY..

Perjuangan segenap panitia untuk dapat menghadirkan Prof. Suyanto, Ph.D. selaku Guru Besar FE terbayar dengan antusiasme peserta dalam acara tersebut. Bagaimana tidak, forum yang terselenggara di Ruang Auditorium FE UNY ini diikuti oleh 147 peserta dan 17 dosen Pendidikan Ekonomi. Tidak hanya untuk mahasiswa Pendidikan Ekonomi saja, forum ini terbuka juga untuk umum. Berdasarkan rekap daftar hadir peserta, forum ini diikuti juga oleh mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan di UNY, di antaranya Pendidikan Geografi, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Administrasi Perkantoran bahkan ada dua peserta yang berasal dari Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Semarang (UMS).

Selain dari perspektif ahli, tema “Sudah Sukseskah Pendidikan di Indonesia?” juga diulas dari perspektif mahasiswa yang diwakili Riska Dwi Astuti. Dalam sesinya, Riska memaparkan hasil-hasil survey dari UNESCO yang menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-69 dari 127 negara. Hasil tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh angka melek huruf rendah, angka partisipasi sekolah rendah dan angka putus sekolah yang tinggi.

Selain itu, pemerataan pendidikan pun belum terealisasi sesuai harapan. Pendidikan Indonesia masih terpusat di Jawa saja, selebihnya daerah-daerah di luar pulau Jawa masih tertinggal bahkan belum terjamah oleh pendidikan. Riska juga sangat menyayangkan perilaku-perilaku mahasiswa era modern ini yang seringkali kurang serius dalam mengikuti perkuliahan. Sebagai penyandang gelar agent of change seharusnya mahasiswa bisa memberikan kontribusi yang nyata terhadap permasalahan di Indonesia atau paling tidak peka terhadap permasalahan-permasalahan di Indonesia.

Di sesi kedua, Prof. Suyanto, Ph. D. pun mengiyakan apa yang dipaparkan oleh Riska Dwi Astuti selaku pembicara pertama.  Berdasarkan data yang diambil dari survei PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2009 menunjukkan bahwa dari 6 level hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6.

Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi dari hasil ini hanya satu, yaitu: yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan tuntutan zaman atau  penyesuaian kurikulum belum berjalan lancar. Jika demikian, sudah hebatkah pendidikan di Indonesia?

Selain itu, berdasarkan data dari TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa-siswi di Indonesia mempunyai tingkat curiosity atau keingintahuan yang masih rendah. Siswa tidak mengetahui apa tujuan yang diperoleh ketika mengambil mata pelajaran tertentu sehingga dalam proses belajar mengajar siswa menjadi kurang antusias dan hal ini sangat bertolak belakang dengan pendidikan di negara maju, siswa-siswi di negara maju memiliki tingkat curiosity yang tinggi sehingga siswa-siswinya menjadi sangat memahami pelajaran yang diberikan. Padahal, pendidikan merupakan cara yang efektif dalam membangun indeks pembangunan manusia.

Jika keadaannya masih seperti ini, hendak dibawa ke mana pendidikan di Indonesia?

Yudisium Periode 30 April 2013: Sebuah Catatan Rekor Tersendiri

Yudisium Fakultas Ekonomi UNY periode April Selasa (30/4) lalu menyimpan satu catatan tersendiri. Dengan jumlah peserta yang memenuhi persyaratan akademik dan administratif yudisium sebanyak 104 orang, sebanyak sekitar 41% atau 43 orang di antaranya memperoleh predikat "dengan pujian". “Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan tentu patut kita syukuri,” ungkap Wakil Dekan I FE UNY, Prof. Dr. Moerdiyanto, M.Pd., MM. dalam arahannya yang kemudian disambut aplaus meriah dari seluruh peserta yudisium. Sebanyak 64 orang dari S1 Kependidikan, 34 orang S1 Non Kependidikan, dan 6 orang D3 memenuhi ruang Auditorium pagi hari itu untuk menjalani upacara kelulusan mereka. Bersama para lulusan yang berbahagia hari itu, hadir pula Ketua Senat FE UNY, Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, Wakil Dekan II FE UNY, Moh. Djazari, M.Pd., serta para Kajur dan Kaprodi di lingkungan FE UNY.

Dalam arahannya, Moerdiyanto mengingatkan kepada para lulusan, “di balik ini masih ada tantangan yang lebih besar. Oleh karena itu, jangan berhenti berjuang.”

Jumlah peserta yudisium tertinggi berasal dari Program Studi Pendidikan Akuntansi dengan 46 peserta, sedangkan khusus Kelas Internasional dari Pendidikan Akuntansi sendiri berhasil meluluskan kembali 2 mahasiswanya yaitu Narendra Edi Putranto dan Tia Widyaningtyas Woro Putri.

Penghargaan peraih IPK tertinggi pada periode April ini diraih oleh Heni Purwanni, dari Jenjang S1 Program Studi Akuntansi, dengan nilai 3,79. Heni yang berulang tahun pada tanggal 2 Mei ini mampu menjadi yang terbaik di akhir studi S1 Akuntansinya dengan perjuangan yang penuh semangat.Heni Purwanni, Peraih IPK Tertinggi

Lulusan SMK N 1 Jogonalan, Klaten, ini ternyata berkendara motor setiap hari ke kampus langsung dari rumahnya di Jetis, Manisrenggo, Klaten. Hal ini tak lepas dari kemauan kerasnya dan dukungan keluarga terhadap dirinya untuk menyelesaikan studi dengan baik. Sebagai bukti, prestasi akademik yang menonjol sudah diukir lajang 22 tahun ini sejak masih duduk di bangku SD. Diungkapkannya, selalu tertulis peringkat 1 di setiap penerimaan buku rapor sejak SD hingga SMA, kecuali satu semester di awal studinya di jenjang SMA.

Dikaruniai kecerdasan demikian, tak lantas membuat orang tuanya merestui keinginan Heni melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Kendala biaya menjadi justifikasi larangan mereka. Tapi hal itu bukannya mengendurkan melainkan menjadi tantangan tersendiri bagi Heni untuk menjadi pembuktiannya terhadap orang tua. Melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul (PBU), Heni diam-diam mendaftar di UNY sampai akhirnya dirinya dinyatakan diterima, dan baru setelah itu orang tuanya merestui.

Heni memang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Bapaknya, Harto Wiyono, adalah seorang petani yang sesekali menjadi kuli bangunan, serta ibunya, Sriyati, merupakan seorang Ibu Rumah Tangga (IRT). Di keluarganya, anak bungsu dari 5 bersaudara ini adalah satu-satunya yang meneruskan sekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Untuk membantu pembiayaan kehidupannya selama kuliah, dirinya bahkan sempat menjadi pramuniaga di sebuah toko sepatu.

Semasa kuliah, Heni yang mengaku mengagumi sosok Bapaknya ini pernah menjabat kepengurusan HIMA AKSI (Himpunan Mahasiswa Akuntansi), KOPMA (Koperasi Mahasiswa), dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas ketika FE masih tergabung di FISE. Penyuka pelajaran Matematika ini juga sempat tergabung dalam tim yang berhasil menempati posisi enam besar Lomba Pajak di STAN Regional Yogyakarta pada tahun 2011 lalu.

Ditanya mengenai kiatnya dalam belajar selama ini, dia mengungkapkan rahasianya. “Sejak SD dulu, di saat anak-anak lain segera pergi bermain sepulang sekolah, aku selesaikan PR-ku dulu, baru menyusul bermain. Malamnya belajar singkat dan menata buku-buku di tas sekolah,” pungkasnya. (fadhli)

Pages