Kunjungan SMK Muhammadiyah 1 Prambanan ke FE UNY

Sebanyak 25 siswa-siswi SMK Muhammadiyah 1 Prambanan Klaten berkunjung ke Jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Rabu (26/9) lalu. Rombongan dipimpin oleh Wakil Kepala Sekolah Hubungan Masyarakat (Waka Humas) Ritaningsih, SPd dan beberapa guru pendamping. Dekan FE UNY Dr Sugiharsono didampingi beberapa dosen di Jurusan Pend. Adm. Perkantoran menyambut di Ruang Sidang Dekanat FE UNY. Kunjungan ini merupakan program tahunan sekolah untuk memberikan motivasi dan informasi kepada para siswa.

“Kami membawa kelas 10 jurusan Manajemen Perkantoran. Para siswa didampingi oleh Ketua Kompetensi Keahlian, Wali Kelas, serta Guru Produktif. Semoga para siswa bisa mendapatkan banyak informasi,” terangnya.

Kepala Laboratorium (Kalab) Simulasi Perkantoran Dr. Sutirman menyatakan bahwa jurusan kerap menjadi tempat berkunjung sekolah. “Selain itu, juga kami juga beberapa kali mengadakan PPM (Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) bersama dengan bapak-ibu guru MGMP di beberapa wilayah di Jawa Tengah maupun DIY,” ungkap doktor di FE UNY yang sedang mengembangkan beberapa aplikasi otomatisasi perkantoran ini.

Siti Umi Khayatun Mardhiyah, M.Pd sebagai Koordinator Laboratorium di jurusan menjelaskan bahwa lulusan jurusan P ADP adalah menjadi guru, sekretaris, praktisi administrasi perkantoran, atau bahkan wirausahawan di bidang MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition) seperti event organizer. “Kedepannya akan makin banyak pekerjaan yang mengarah ke digitalisasi. Dulu masih banyak diperlukan caraka/pengantar surat. Sekarang sudah lewat email. Bahkan gaji pegawai bisa tersistem dan terkirim langsung melalui rekening, tidak melalui bendahara gaji,” terang pengajar yang akrab disapa Umi ini. (fadhli)

Buat Produk PKM yang Atasi Masalah Masyarakat

Guna mempersiapkan mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) UNY dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), FE UNY mengadakan workshop penyusunan proposal PKM,  Rabu (12/9) lalu. Workshop diikuti oleh lebih dari 200 mahasiswa dari berbagai angkatan. Selain dihadiri para pejabat dekanat, acara workshop juga dihadiri kelompok PKM sebelumnya yang berhasil mendapatkan medali. Dari workshop ini, diharapkan akan menjaring banyak judul yang kreatif dan bisa dibimbing untuk mengikuti PKM di tahun mendatang, hingga bermuara di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).

Narasumber workshop, Sukinah, M.Pd. mengatakan, PIMNAS adalah ajang ilmiah nasional terbesar bagi mahasiswa Indonesia. “Prestasi di PIMNAS selalu menjadi salah satu patokan reputasi akademik suatu kampus di Indonesia. Rektor UNY berhasil memperbaiki peringkat UNY di PIMNAS tahun ini dengan menempati peringkat ke-5,” terangnya.

Sukinah melanjutkan, menulis PKM memang bukan hal yang mudah. “Luruskan niat, duduk di workshop ini untuk menuju prestasi. Mengapa PKM? Karena saat kuliah, banyak tugas menuntut kemampuan menulis,” ujarnya.

Saat lulus PIMNAS, kebersamaan tim menjadi diuji. “Serunya ikut acara PIMNAS, banyak nilai-nilai kebersamaan baik dari mahasiswa maupun dosen yang mendampingi. Dosen pendamping sangat perhatian dengan kondisi mahasiswanya. Pernah ada mahasiswa yang memegangi perut, dikira sakit oleh dosen, padahal hanya tegang karena memikirkan presentasi,” tambah Sukinah.

Narasumber dari FE UNY, Endra Mutri Sagoro, M.Sc., menyatakan bahwa kreativitas memang penting dalam PKM, tetapi tidak hanya itu yang bisa memenangkan hati juri. “Jangan hanya sekedar produk makanan yang bisa dibuat banyak orang, tetapi juga produk barang dan jasa yang mengatasi permasalahan di masyarakat,” ungkap Endra. (fadhli)

Teliti Biogas dari Eceng Gondok, UNY Juara I LKTI Nasional

Hayuni Mu’afa Fajri, mahasiswa Prodi Pend Akuntansi Fakultas Ekonomi 2017, bersama dengan Ahmad Prabowo (Pend Teknik Otomotif) dan Rizal Justian Setiawan (Pend. Teknik Mesin) menjadi Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Pesut POLNES Samarinda 2018, 16 September 2018 lalu di Samarinda. Kompetisi yang bertemakan “Pengembangan Inovasi dan Kreativitas Generasi Milenial Menuju Emas 2045” ini mengajak para mahasiswa untuk berinovasi dalam berbagai bidang, utamanya teknologi, energy, industri, hingga pariwisata dan sosial budaya.

Tim UNY mengusung ide pemanfaatan Eceng Gondok menjadi biogas sebagai solusi masalah lingkungan di Rawa Jombor, Klaten. Hay, demikian Hayuni biasa disapa, mengatakan bahwa di daerah rawa tersebut Eceng Gondok menjadi salah satu masalah. Oleh karena itu, putri tunggal pasangan Nuryanto (55 tahun) dan Siti Zulaikha (53) ini lantas ingin mencoba mengatasi permasalahan Eceng Gondok ini, bahkan mengubahnya menjadi bagian dari solusi lingkungan dan ekonomi.

Hayuni beserta tim“Saya pun bekerja sama dengan teman-teman dari Fakultas Teknik bagaimana caranya agar eceng gondok ini bisa diolah hingga menghasilkan biogas. Singkat cerita, dengan berbagai hambatan dan permasalahan, kami bisa mendapatkan sumber energi alternatif yang bermanfaat,” kisahnya.

Hayu sendiri sudah akrab dengan dunia penelitian sejak dini. Gadis asli Sleman yang memiliki motto “Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha” ini berhasil meraih medali emas pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2016 lalu. Selain itu, di tahun yang sama Hayuni juga meraih Juara I pada kompetisi Sagasitas Research Competition (SRC) yang diadakan Dinas Dikpora DIY. Berbekal prestasi di bidang penelitian itu, Hayu mendapatkan kesempatan kuliah di UNY melalui Seleksi Mandiri Jalur Prestasi dan kini mendapatkan Beasiswa Unggulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (fadhli)

Tags: 

Izah Tinggalkan Kesan Positif Saat Magang

Fitriatik menjadi salah satu peserta yudisium Fakultas Ekonomi (FE) UNY yang meraih Indeks Prestasi Tertinggi (IPK) di periode Agustus 2018 lalu. Dengan raihan 3,75, gadis asal Dolon, Paseban, Bayat, Klaten ini lulus dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Akuntansi, bersama-sama dengan 98 peserta yudisium FE UNY lainnya. Fitriatik mengenang, meskipun tinggal di Klaten, tetapi dirinya memilih bersekolah di SMK N 2 Gedangsari, Gunungkidul. Putri pertama dari empat bersaudara pasangan Supardi dan Yulianti ini lantas lulus dari SMK, meninggalkan jejak prestasi dengan meraih ranking 1 se-jurusan kala itu.

Dengan bantuan Bidikmisi, Fitriatik semangat menempuh studi di FE UNY. Dia bahkan sempat berjualan cilok di semester 1-2. Mendapatkan materi kuliah Kewirausahaan di kampusnya, Fitriatik makin semangat berjualan, dan memperbaiki cara pengemasannya. Di samping itu, dia juga mengikuti Center of Islamic Economic Studies (CIES) di FE UNY. Berkat keahliannya, teman-temannya bahkan mempercayainya menjadi Direktur CIES di tahun 2016.

Pada 2016 juga, Fitriatik mendapatkan prestasi berupa Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Ekonomi Islam dalam Temu Ilmiah Regional Jogja Forum Studi Ekonomi dan Bisnis Islam (FoSSEI). Menurut Fitriatik, semangat belajar itu memang bisa naik turun. “Tapi selama ini selalu berusaha tidak pegang hape selama di kelas. Belajar itu harus fokus, spesifik yang dipelajari, rajin, kontinu, lalu dipraktikkan,” pesannya.

Hanif MasitohSementara itu, Nur Faizah dan Hanif Masitoh yang sama-sama lulus dari prodi D3 Sekretari, menjadi peraih IPK Tertinggi di kategori Diploma. Dengan raihan sama besar, 3,77, Izah dan Hanif kompak menyebutkan bahwa mahasiswa harus pintar bersosialisasi. Izah yang pernah magang kerja di kantor Gubernur DIY merasakan, kesan positif yang ia tinggalkan menyebabkan hubungannya dengan tempat magang sampai saat ini terjalin baik. “Bahkan setelah magang, kadang dipanggil untuk membantu beberapa pekerjaan di sana. Contohnya kemarin diminta membantu analisis Pergub,” terang gadis lulusan SMA N 3 Cilacap ini.

Sedangkan Hanif Masitoh yang lahir dan besar di Batam menorehkan prestasi dengan menjadi Juara 3 Lomba Debat Bahasa Inggris Secretary Day di ASMI Santa Maria bersama timnya. Putri sulung dari tiga bersaudara pasangan Suprayogi dan Retno Pertiwi Sudibyo ini juga aktif mengasah softskill-nya dengan menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa (HIMA) D3 Wates. Hanif Masitoh berpesan agar menjadi mahasiswa yang tidak gampang baper. “Apalagi saat mengurus tugas akhir dan harus menemui dosen yang jadwalnya tidak menentu, jangan mudah menyerah,” pesannya. (fadhli)

Tags: 

Miliki Pola Pikir Inovatif di Era Disrupsi

Fakultas Ekonomi (FE) UNY mengadakan seminar internasional bertajuk International Conference on Ethics of Business, Economics, and Social Science, Jumat (31/8). Bersamaan dengan itu, Jurusan Manajemen FE UNY juga menggelar Annual Conference on Management Challengese (AcoMC) 2018. Seminar ini membahas permasalahan teraktual di bidang ekonomi, bisnis, dan manajemen, serta ilmu sosial di tengah meledaknya revolusi industri keempat.

Hadir sebagai pemateri adalah Prof. Moh. Nazari bin Ismail dari Universitas Malaya, Malaysia, Dr. Douglas S. Rolph dari Singapore University of Technology and Design, Dr. Jane Liu dari Chaoyang University of Technology, Taiwan, dan Setyabudi Indartono, Ph.D. dari FE UNY.

Nazari menyoroti kegagalan sistem yang ada di dunia dalam mengantisipasi revolusi industri ke-4 ini. Berbagai pengangguran baru muncul dari kalangan terdidik. Amerika Serikat menghadapi tantangan di bidang ekonomi dari berbagai pasar baru di periode kepemimpinan Donald Trump. “Sementara di Jepang, mulai bermunculan tenda-tenda yang didirikan orang yang tak mampu memiliki properti,” terangnya.

Sementara itu, Rolph menyatakan, adalah tugas kita para pendidik untuk menyiapkan generasi muda dengan perkembangan teknologi yang ada sekarang. “Era disrupsi teknologi punya implikasi terhadap bidang yang luas, dan bahkan nilai ekonomi yang terdampak sangat besar. Dalam 10 tahun ke depan, banyak pekerjaan rutin yang akan menghilang. Oleh karena itu, diperlukan revolusi mental dalam menghadapinya,” ujarnya.

Rolph melanjutkan, ada pola pikir inovasi yang harus dimiliki dalam era disruptif ini. “Pertama, identifikasi apa yang penting. Kedua, biasakan diri dengan ketidakpastian. Tiga, beradaptasi dengan informasi yang terbatas,” tambahnya.

Dalam sambutannya membuka acara mewakili Rektor, Wakil Rektor I UNY menyatakan bahwa internet menjadi salah satu faktor kunci dalam era disrupsi. “Konektivitas adalah hal yang makin lumrah. Pertumbuhan ekonomi akan makin pesat dengan adanya revolusi industri ini. Di sisi lain, isu kesetaraan dan perubahan iklim akan tetap menjadi tantangan yang tak bisa diabaikan,” ucapnya.

Seminar dihadiri oleh lebih dari 150 akademisi, peneliti, dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan institusi.

SMA N 1 Sleman Kuatkan Kewirausahaan

Berdasarkan data BPS tahun 2016 lalu, jumlah wirausahawan di Indonesia kini berkisar 3%, naik jika dibandingkan 2013 yang berjumlah 1,6%. Namun proporsi ini masih jauh lebih sedikit dibandingkan negara maju, bahkan negara tetangga seperti Malaysia (6%), Singapura (7%), atau Thailand (5%). Jumlah wirausahawan di Indonesia perlu terus ditingkatkan, salah satunya melalui pengenalan pendidikan kewirausahaan sejak dini. Demikian dijelaskan Dr Endang Mulyani, pakar kewirausahawan UNY dalam kunjungan SMA N 1 Sleman, Kamis (30/8) lalu.

Endang melanjutkan, UNY memiliki kurikulum kewirausahaan yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti laboratorium kewirausahaan. “Di tingkat fakultas, mahasiswa bisa memanfaatkan Entrepreneurship Education Center untuk memajang produknya. Sedangkan di universitas, UNY juga memiliki laboratorium kewirausahaan berlantai 4. Di lantai 2 dan 4 kami peruntukkan bagi mahasiswa menjajakan barang dan jasanya,” terangnya.

“FE UNY juga turut mengembangkan kurikulum kewirausahaan di pendidikan menengah. Di tahun 2013, bekerjasama dengan Prestasi Junior Indonesia, FE UNY mengadakan lomba kewirausahaan ‘Student Company’ tingkat SMA di DIY, dan SMA N 1 Sleman memang saat itu menjadi salah satu peserta dan bahkan meraih predikat ‘The Best Performance’ dan ‘The Best Student Company’. Karena itu, kegiatan ekstrakurikuler seperti ini patut terus dikembangkan,” lanjut Endang.

Dekan FE Sugiharsono mengatakan, kewirausahaan adalah pintu terbaik mendapatkan rizki. “Jangan jadi karyawan atau PNS kalau mau jadi kaya; jadilah wirausahawan. Pendidikan bukan hanya untuk mencari ijazah. Carilah pengetahuan, asah kepribadian, bentuklah karakter yang baik. Ekstrakurikuler kewirausahaan adalah wahana yang baik untuk membantu membentuk karakter kuat,” pesan Sugiharsono. Para siswa lantas mengunjungi laboratorium kewirausahaan di tingkat fakultas dan universitas dan melihat secara langsung berbagai stan dan unit-unit usaha yang dimiliki mahasiswa. (fadhli)

PKKMB FE UNY 2018

Menjadi mahasiswa bisa jadi sebuah perubahan besar bagi seorang lulusan sekolah menengah atas. Rasa canggung akan berbagai hal baru yang dihadapi jika tidak diatasi bisa menghambat proses studi mereka. Seorang mahasiswa dituntut untuk bersikap lebih mandiri dibandingkan saat mereka masih menjadi siswa. Oleh karena itu, mahasiswa baru perlu diperkenalkan dengan lingkungan mereka sesaat setelah diterima. Fakultas Ekonomi (FE) UNY berkesempatan menerima lebih dari 600 mahasiswa baru dalam Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) FE UNY, beberapa waktu lalu.

Mahasiswa baru disambut segenap pejabat dekanat, ketua jurusan, ketua program studi, serta kepala bagian dan sub bagian di lingkungan FE UNY. Hal ini agar para mahasiswa mengenal “orang tua” mereka di kampus. “Kami akan menjadi orang tua bagi kalian. Jadi, kalau ada apa-apa, silakan konsultasi dengan kami. Jangan sungkan,” terang Dekan FE Sugiharsono.

Sugiharsono juga mengajak para mahasiswa untuk aktif menjadi anggota unit kegiatan mahasiswa (UKM). “Dengan aktif di kegiatan kemahasiswaan, kalian akan diasah menjadi lebih percaya diri, menghargai pendapat orang lain, dan pintar mengatur waktu. Di samping itu, (kegiatan kemahasiswaan) akan mencegah paparan ideologi radikal,” tambah Sugiharsono.

Wakil Dekan II Nurhadi menegaskan bahwa biaya kuliah di UNY masih termasuk yang paling murah. “Dengan fasilitas kelas yang lengkap, nyaman, jaringan internet nirkabel yang tersebar di segala penjuru, dan beasiswa yang melimpah, tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk tidak bersyukur kuliah di UNY. Apalagi Jogja dikenal memiliki biaya hidup yang rendah. FE UNY juga menerima beberapa mahasiswa penghafal quran. Semoga menjadi motivasi dan berkah bagi fakultas,” ungkapnya. (fadhli)

Mengapresiasi Kinerja Pemerintah di Era Disrupsi

Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena berkelanjutan yang dialami dunia industri sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan. Revolusi industri pertama ditandai dengan penemuan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi kedua terjadi saat ditemukannya sabuk berjalan (assembly line) pada akhir abad ke-19 sehingga memungkinkan produksi massal dan standarisasi kualitas. Selain itu, terdapat penggunaan besar-besaran besi dan baja, kereta api, dan elektrifikasi. Hal ini disampaikan Bhayu Purnomo dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi (FE) UNY, beberapa waktu lalu.

Bhayu melanjutkan, revolusi ketiga muncul saat otomatisasi dan pemanfaatan komputer di tahun 1970-an. “Terakhir, revolusi keempat pada akhir-akhir ini ditandai dengan menjamurnya kecerdasan buatan dan internet of things. Di samping itu, revolusi industri ini juga kerap disebut era disrupsi karena perusahaan-perusahaan yang mapan dan besar banyak mengalami keruntuhan oleh perusahaan kecil yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dan internet ini,” terang pria lulusan Master of Arts in Economics Georgia State University ini.

Pemerintah RI dalam hal ini Kementerian Keuangan selalu mengamati dinamika ekonomi yang terjadi di dunia dan berusaha menjaga fundamental ekonomi di dalam negeri tetap baik dan sehat. “Sinergi kebijakan akan terus ditingkatkan untuk mencapai pertumbuhan inklusif dan menghadapi tantangan domestik dan global,” ujar Bhayu.

“Tingkat pertumbuhan ekonomi terjaga di angka 5%. tingkat inflasi juga stabil. Sejak 2015, angka inflasi berturut-turut adalah 3,4%, 3%, dan 3,6%. Tingkat kemiskinan dan pengangguran juga turun. Tetapi, infrastruktur kita masih tertinggal jauh, bahkan dibandingkan Thailand atau Malaysia,” lanjut Bhayu.

Bhayu menegaskan, kebijakan fiskal dan APBN adalah tulang punggung reformasi ekonomi. “Optimalisasi penerimaan negara, dipadu dengan belanja negara yang produktif dan berkualitas, dan pembiayaan yang dikelola secara hati-hati, akan menghasilkan APBN yang kredibel, efisien, dan efektif, serta berkesinambungan. Hal ini akan berujung pada pertumbuhan ekonomi yang optimal,” tandas Bhayu.

Terkait dengan utang, Bhayu mengatakan bahwa bahkan negara majupun memiliki utang pemerintah. “Defisit akan dikendalikan pada batasan yang aman, dan utang pemerintah akan selalu dikelola secara profesional, hati-hati, dan terukur, sehingga memiliki risiko yang terkendali,” ucap Bhayu.

Moderator acara Ahmad Chafid Alwi yang juga dosen di Jurusan Pendidikan Ekonomi FE UNY menyimpulkan, mahasiswa harus memiliki landasan berpikir saat berargumentasi. “Jangan hanya memberikan opini tapi tanpa data dan fakta. Apalagi menyebarkan hoaks di media sosial,” pesannya. (fadhli)

UPI dan UB Kunjungi FE UNY

Dua kampus besar di Jawa Barat dan Jawa Timur berkunjung ke FE UNY beberapa waktu lalu. Kunjungan pertama adalah dari Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia (FPEB UPI) Bandung. Sedangkan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) mengunjungi FE Senin (10/9) lalu. Pejabat dekanat serta kepala bagian, sub bagian, dan staf akademik FE UNY menyambut kedua rombongan tersebut.

Dalam kunjungan ini, baik pihak tuan rumah dan tamu saling bertukar pikiran mengenai pengelolaan manajemen dan administrasi di fakultas masing-masing. Rombongan FIA UB dipimpin oleh Yusri Abdillah, Ph.D. Wakil Dekan I FIA UB. Membawa serta para staf dan wakil dekannya,  Yusri berharap kedua pihak bisa saling mempelajari dan menyempurnakan kekurangan dan kendala yang dihadapi.

Senada dengannya, Dekan FPEB UPI Prof. Dr. Agus Rahayu menjelaskan perguruan tinggi harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan berbagai aturan dari pemerintah. “Adanya bentuk PTN Berbadan Hukum memunculkan berbagai peluang dan juga tantangan. Kunjungan ini harapannya akan memberikan gambaran kepada kami bagaimana pengelolaan di FE UNY,” terangnya.

Dekan FE UNY Dr Sugiharsono menjelaskan FE UNY secara khusus dan UNY secara umum telah melakukan berbagai hal untuk menyiasati bagaimana pengelolaan keuangan bisa dimaksimalkan untuk pelayanan kepada mahasiswa. “Kami memiliki berbagai laboratorium dan fasilitas yang juga bisa dimanfaatkan pihak eksternal. Di FE UNY sendiri, beberapa laboratorium sering dipakai oleh sekolah atau perguruan tinggi lain untuk berpraktik,” ungkapnya. Para staf juga saling bertukar pikiran tentang beberapa tugas dan jabatan yang memiliki kesamaan namun dengan perbedaan nama. (fadhli)

Tags: 

Pendidikan yang Menyejahterakan

Kemampuan hardskill ternyata tidak terlalu dibutuhkan untuk dunia kerja jika dibandingkan dengan softskill. Keterampilan seperti komunikasi, kepemimpinan, pengaruh, kreativitas, dan karakter profesional jauh lebih penting dibandingkan keterampilan komputer dasar, analisis data, atau pengetahuan bahasa asing. Demikian dipaparkan Arfina Puspitasari, Account Executive Syafa’at Branding & Marcomm, dalam Pelatihan Pengembangan Diri dan Kiat Menembus Dunia Kerja di Fakultas Ekonomi (FE) UNY, beberapa waktu lalu. Pelatihan diikuti lebih dari 150 peserta mahasiswa FE UNY. Pelatihan dibuka oleh Dekan FE UNY Dr Sugiharsono.

Baik menjadi karyawan ataupun seorang wirausahawan, kemampuan softskill ini tetap menjadi yang terpenting. “Apalagi ketika menjadi pengusaha, seseorang harus memiliki mental. Mereka akan menghidupi banyak orang. Sedangkan saat menjadi karyawan, mereka harus siap menghadapi tekanan atau memenuhi tenggat waktu,” terang Arfina.

Sementara itu, alumni FE UNY yang baru saja lulus S2 dari beasiswa LPDP, Arin Pranesti menceritakan kisahnya berjuang melamar beasiswa LPDP. “Pendidikan bukan hanya mencerdaskan, tapi menyejahterakan. Artinya, makin berkualitas Anda di kampus, maka peluang Anda untuk lebih sejahtera di masa depan makin terbuka,” ungkap Arin yang lulus dari S1 Pendidikan Akuntansi.

Arin menambahkan, jumlah pemilik gelar S3 di Indonesia masih sangat minim. “Indonesia memiliki 23ribu, sedangkan Malaysia 14ribu. Untuk menyamakan jumlah per sejuta penduduk dengan Malaysia, Indonesia perlu memiliki 100ribu orang S3 baru,” tambahnya.

Dalam sambutannya membuka acara Sugiharsono mengatakan, pelatihan ini menjadi bekal yang penting bagi mahasiswa. “Pelatihan ini ibarat parasut yang menjadikan para mahasiswa siap terjun di dunia industri atau pendidikan tingkat lanjut,” ujar Sugiharsono. (fadhli)

Pages